Kamis, 20 Desember 2007

What to do

Dari beberapa pertemuan di kelas dalam rangka menyelenggarakan “Pendidikan Bisnis”, kami menemukan dan dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya peserta mengalami KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”. Bahkan ada yang hampir TIDAK DAPAT MEMISAHKANNYA sama sekali diantara keduanya, apalagi MEMBEDAKANNYA. Pada hal KAIDAHNYA adalah bahwa “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” ditentukan berdasarkan “TUJUAN (OBJECTIVE)”, sedangkan “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)” ditentukan berdasarkan SITUASI dan KONDISI pada saat AKAN MENGERJAKANNYA.

1
Jadi sebetulnya begitu MUDAH membedakan diantara keduanya, AKAN TETAPI memang menjadi begitu SULIT bila TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN apalagi MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) yang akan digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu (“Objective is something toward which effort is directed”). Kesulitan tersebut dapat DIMAKLUMI bila mengingat bahwa dalam Sistem Pendidikan Umum/Diknas
seolah-olah TABU untuk MEMIKIRKAN apalagi MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) itu. Selama SEKOLAH pemikiran HARUS DIPUSATKAN kepada KEGUNAAN dari segala “Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan” yang DIAJARKAN, dengan KEYAKINAN bahwa SEMUA yang DIPELAJARI itu akan DIPERLUKAN dalam menjalani kehidupan ini SETELAH TAMAT SEKOLAH NANTI. Pada hal suatu KEGUNAAN akan sangat tergantung dari ruang (tempat/lokasi), waktu dan pelaku tertentu (SUBJECTIVE).

Namun kenyataannya adalah TIDAK MUDAH untuk MULAI MEMIKIRKAN dan MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE), setelah TIDAK PERNAH MEMIKIRKANNYA selama sekian tahun bahkan belasan tahun mengikuti Sistem Pendidikan Umum/Diknas.
Oleh karena setelah TAMAT SEKOLAH ternyata MASIH BELUM MEMIKIRKAN dan MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) yang dapat digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu, maka “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dalam menjalani kehidupan ini HANYA DAPAT DITENTUKAN berdasarkan KEGUNAAN dari PERBUATAN yang bersangkutan YANG
AKAN DILAKUKAN. Selanjutnya PEMIKIRAN akan selalu TERFOKUS kepada “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, sehingga cenderung akan menjadi seorang yang mempunyai keahlian/keterampilan di bidang tertentu yang disebut PEKERJA/PROFESIONAL.

2
Dengan demikian, baik “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” maupun “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, cenderung akan ditentukan menurut “SUKA-SUKA HATI”. Celakanya lagi, oleh karena SANGAT TERFOKUS kepada “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, maka seolah-olah TIDAK ADA PERBUATAN LAIN lagi yang perlu dilakukan SELAIN dari yang telah ditentukan sebagai “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” itu, sehingga PERBUATAN LAIN yang LEBIH MEMBERIKAN “HASIL YANG DIHARAPKAN ATAU YANG SEHARUSNYA TERJADI” bisa seolah-olah TERLUPAKAN. TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI bahwa roda perekonomian negara ini tidak mungkin akan berputar TANPA PEKERJA/PROFESIONAL. Akan tetapi juga TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI bahwa roda perekonomian negara ini tidak mungkin akan berputar TANPA PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang akan MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA untuk para PEKERJA/PROFESIONAL itu. Oleh karena itu setiap orang harus BEBAS untuk memilih akan menjadi PEKERJA/PROFESIONAL atau menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).

Namun HARUS DIMENGERTI bahwa bagaimanapun juga JANGAN SAMPAI SEMUA ORANG MENJADI PEKERJA/PROFESIONAL demi untuk PERBAIKAN “NASIB BANGSA” ini. Bagi seseorang yang telah memilih menjadi PEKERJA/PROFESIONAL, memang akan menganggap bahwa KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)” pada kenyataannya TIDAK MENGHALANGI perjalanan hidup yang akan ditempuhnya sebagai PEKERJA/PROFESIONAL, oleh karena:

  1. Sebagai PEKERJA/PROFESIONAL hanya menunggu DISURUH/DIMINTA MENGERJAKAN/BERBUAT sesuatu oleh PEMBERI KERJA sesuai dengan keahlian/keterampilan yang dimilikinya, sehingga “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” serta TUJUAN (OBJECTIVE) dari MENGERJAKAN pekerjaan yang bersangkutan adalah urusan PEMBERI KERJA.
  2. Sebagai PEKERJA/PROFESIONAL cenderung hanya memikirkan tentang “CARA MENGERJAKAN (HOW TO DO)” dari PEKERJAAN yang disuruh/diminta oleh PEMBERI KERJA dengan sebaik-baiknya, sehingga MERASA TIDAK PERLU MEMIKIRKAN PEKERJAAN/PERBUATAN LAIN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan “CARA MENGERJAKAN (HOW TO DO)” dari PEKERJAAN yang disuruh/diminta oleh PEMBERI KERJA.
Akan tetapi bagi seseorang yang telah memilih menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), maka yang bersangkutan HARUS telah benar-benar dapat MEMAHAMI PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, oleh karena:
  1. PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) BUKANLAH PEKERJA, akan tetapi seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya, sehingga "SISTEM BISNIS" itulah yang akan BEKERJA untuknya.
  2. "POTENSI EKONOMI'” adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK" berupa barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf hidup pemakainya.
  3. Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (WHAT TO DO) MENJALANKAN USAHA (BISNIS), sehingga dengan menyusun "SISTEM BISNIS" berarti adalah menciptakan lapangan kerja untuk para TENAGA PROFESIONAL.
  4. "SISTEM BISNIS" disusun dalam bentuk “FUNGSI-FUNGSI BISNIS” yang mengarah ke "PROSES BISNIS YANG TERPADU DAN BERJALAN DENGAN LANCAR” sebagai TUJUAN (OBJECTIVE) yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan KEGIATAN (WHAT TO DO) yang perlu dilakukan untuk MENJALANKAN USAHA (BISNIS)
  5. 5) "SISTEM BISNIS" kemudian diserahkan kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) untuk menjalankannya dengan dibantu oleh TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan, serta yang kemudian akan menentukan CARA MELAKSANAKANNYA (HOW TO DO).
3
Semua orang berharap bahwa JUMLAH PEKERJA/PROFESIONAL hendaknya SEIMBANG DENGAN JUMLAH PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), agar tidak terjadi KELEBIHAN TENAGA KERJA atau PENGANGGURAN di pihak PEKERJA/PROFESIONAL atau KEKURANGAN TENAGA KERJA di pihak PENGUSAHA (BUSINESS OWNER). Namun pada kenyataannya JUMLAH PEKERJA/PROFESIONAL setiap tahun BERTAMBAH RATUSAN
RIBU ORANG yang dihasilkan dari Sistem Pendidikan Umum/Diknas, sedangkan saementara itu JUMLAH PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) hampir dapat dikatakan TIDAK BERTAMBAH, sehingga JUMLAHNYA setiap tahun MAKIN TIDAK SEIMBANG.

Ketahuilah bahwa Pemerintah tidak mungkin diharapkan dapat memahami dan kemudian akan mampu untuk mengatasi KETIDAK-SEIMBANGAN tersebut, oleh karena para PEJABAT PEMERINTAH adalah juga PEKERJA/PROFESIONAL, yaitu PEKERJA/PROFESIONAL di bidang Pemerintahan, sehingga:

  1. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang menganggap bahwa KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)” juga TIDAK AKAN MENGHALANGI jalannya RODA PEMERINTAHAN.
  2. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang TIDAK DAPAT MENERIMA kalau dikatakan bahwa upaya untuk mengurangi KETIDAK-SEIMBANGAN tersebut TIDAK DIDUKUNG oleh Sistem Pendidikan Umum/Diknas.
  3. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang TIDAK MAU MENGERTI tentang TUJUAN (OBJECTIVE) dan bahwa SEHARUSNYA MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) yang akan digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu (“something toward which effort is directed”) di bidang Pemerintahan.
  4. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang walaupun dapat menjawab bahwa TUJUAN (OBJECTIVE) dari SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu di bidang Pemerintahan adalah “MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR”, namun pada umumnya selalu menjadikan KEGUNAAN dari SETIAP PERBUATAN yang akan dilakukan di bidang Pemerintahan sebagai PEDOMAN, terutama KEGUNAAN untuk kepentingan diri sendiri dan/atau golongan dari Pejabat yang bersangkutan, ketimbang TUJUAN (OBJECTIVE) “MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR” itu.
Ketahuilah bahwa MASALAH yang SEBENARNYA yang telah menyebabkan timbulnya KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, sehingga terjadi KETIDAK-SEIMBANGAN antara JUMLAH PEKERJA/PROFESIONAL dengan JUMLAH PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), tidak lain adalah SIKAP TIDAK MAU MENGERTI tentang TUJUAN (OBJECTIVE) serta PERLUNYA MENETAPKAN
TUJUAN (OBJECTIVE) yang akan digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau MELAKUKAN suatu UPAYA atau PERBUATAN (“Objective is something toward which effort is directed”).

MASALAH ini merupakan KENDALA yang SANGAT MENDASAR yang HARUS SEGERA DIATASI dalam rangka melakukan upaya “PERBAIKAN NASIB BANGSA” ini, sedangkan upaya untuk mengatasinya HARUS dengan SISTEM PENDIDIKAN YANG LAIN yang berbeda sama sekali dengan Sistem Pendidikan Umum/Diknas, yang dinamakan “PENDIDIKAN BISNIS”. “M. A. Dani & Associates” berkompeten dengan MASALAH INI dan oleh karenanya BERTEKAD untuk berdedikasi dalam “PENDIDIKAN BISNIS” tersebut berdasarkan panggilan hati-nurani yang mengatakan bahwa MEMBIARKAN MASALAH INI dengan TIDAK MENYELENGGARAKAN “PENDIDIKAN BISNIS” sebagai upaya untuk mengatasinya, sama saja artinya dengan TIDAK PEDULI akan NASIB
ANAK/CUCU/KETURUNAN atau GENERASI YANG AKAN DATANG.
Padanan kata “BISNIS” adalah ‘URUSAN”, sehingga “PENDIDIKAN BISNIS” dapat diartikan
“PENDIDIKAN UNTUK MENGURUS SEGALA SESUATU”, mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.

4
"PENDIDIKAN BISNIS" pada hakekatnya adalah "PENDIDIKAN" tentang "AKAL-SEHAT/PIKIRANJERNIH" yang akan membentuk "POLA-PIKIR" dan yang selanjutnya akan menentukan "SIKAP/TINDAKAN/ PERILAKU/PERBUATAN".
Sedangkan "AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH" adalah AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN, akan tetapi yang DITUNJANG oleh KALBU/HATI-NURANI.

"AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH", "POLA-PIKIR" dan "TINDAKAN/ PERILAKU/ PERBUATAN" adalah BUKAN merupakan "ILMU PENGETAHUAN ATAU KETERAMPILAN" seperti yang diajarkan di SEKOLAH (dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dalam Sistem Pendidikan Nasional, termasuk kursus/training/workshop), sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" adalah "PENDIDIKAN" dalam "tanda kutip",BUKAN SEKOLAH.

Dasar penyelenggaraan “PENDIDIKAN BISNIS” adalah KAIDAH bahwa “SIKAP/ TINDAKAN/ PERILAKU/PERBUATAN", termasuk PEMBICARAAN seseorang, pada dasarnya adalah merupakan EKSPRESI dari "POLA-PIKIR" orang yang bersangkutan.

Atas dasar kaidah tersebut, maka sistem "PENDIDIKAN BISNIS" yang sedang dikembangkan oleh "M. A. Dani & Assosiates" adalah dengan MEMBICARAKAN topik-topik yang berhubungan dengan "AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH" dengan peserta "pendidikan", dalam rangka untuk menanamkan "POLA-PIKIR" yang selanjutnya akan MERUBAH "SIKAP/ TINDAKAN/ PERILAKU/ PERBUATAN".

Titik berat PEMBICARAAN adalah tentang “KEINGINAN” yang SEHARUSNYA dapat DIKENDALIKAN oleh AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA melalui “PENALARAN”. Antara lain akan dibicarakan bahwa “PENALARAN” adalah “PROSES MENGERTI BAHWA MENGERTI”, sedangkan “KEINGINAN” adalah SEBALIKNYA yaitu “PROSES TIDAK MENGERTI BAHWA TIDAK MENGERTI”.

Untuk itu “PENDIDIKAN BISNIS” diselenggarakan dalam bentuk Pertemuan Mingguan di kelas selama 2 jam. Sedangkan waktu yang selebihnya dalam seminggu HARUS digunakan sendiri oleh peserta diluar kelas untuk MELATIH DIRI dalam rangka merubah POLA-PIKIR, sehingga bila telah berhasil maka selanjutnya PASTI akan menyebabkan perubahan "SIKAP/TINDAKAN/PERILAKU/PERBUATAN".

“Hasil yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi” dari upaya menyelenggarakan “PENDIDIKAN BISNIS” adalah PERUBAHAN SIKAP dari peserta, yaitu perubahan dari SIKAP TIDAK MAU MENGERTI tentang TUJUAN (OBJECTIVE) yang seharusnya dijadikan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau MELAKUKAN suatu UPAYA atau PERBUATAN (“something toward which effort is directed”) menjadi "SIKAP/ TINDAKAN/ PERILAKU/ PERBUATAN" yang SELALU MENGARAH KE TUJUAN (OBJECTIVE)".

Indikasi perubahan tersebut akan dapat diketahui dari PEMBICARAAN dalam pertemuan dalam minggu berikutnya lagi dengan peserta. Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakan
kemungkinannya.
***

Sabtu, 20 Oktober 2007

PENDIDIKAN BISNIS

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Terdapat PERBEDAAN yang PRINSIPIL tentang "PENDIDIKAN BISNIS" yang diinginkan oleh masyarakat dengan "PENDIDIKAN BISNIS" yang dapat diselenggarakan oleh "M. A. Dani & Associates".
"PENDIDIKAN BISNIS" yang diinginkan oleh masyarakat adalah yang DALAM PENYELENGGARAANNYA LEBIH MEMENTINGKAN KEGUNAAN (MANFAAT) yang akan diperoleh dalam bentuk "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)", sedangkan TUJUANNYA yang tidak lain adalah "KEMAMPUAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)", bagaimanapun bentuk atau jadinya, adalah untuk DITERIMA dan DIIKUTI saja, sehingga BUKAN atau TIDAK DAPAT dan bahkan TIDAK PERLU untuk dijadikan ARAH/PEDOMAN dalam MENYELENGGARAKAN "PENDIDIKAN BISNIS" itu sendiri.
Sedangkan "PENDIDIKAN BISNIS" yang diselenggarakan oleh "M. A. Dani & Associates" LEBIH MEMENTINGKAN TUJUAN berupa "KEMAMPUAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)" untuk dijadikan ARAH/PEDOMAN dalam MENYELENGGARAKAN "PENDIDIKAN BISNIS" itu sendiri, sedangkan KEGUNAAN (MANFAAT) yang akan diperoleh sudah PASTI ada dan TIDAK HANYA dalam bentuk "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)" saja, akan tetapi juga dalam bentuk lainnya, tergantung dari UPAYA yang mengarah ke TUJUAN tersebut.
Bahkan "MEMENTINGKAN TUJUAN DARI PADA KEGUNAAN" seharusnya adalah prinsip yang seyogianya dipegang teguh dalam melakukan setiap PERBUATAN, termasuk segala perbuatan dalam rangka menjalankan usaha (bisnis), sehingga menjadi topik yang utama yang dibicarakan dalam "PENDIDIKAN BISNIS" yang diselenggarakan oleh "M. A. Dani & Associates".
Perbedaan "PENDIDIKAN BISNIS" yang BERTOLAK-BELAKANG tersebut menyebabkan "M. A. Dani & Associates" menghadapi KENDALA YANG SANGAT SERIUS dalam melaksanakannya.
Masyarakat sebetulnya menyadari bahwa "PENDIDIKAN BISNIS" SANGAT DIPERLUKAN dalam rangka upaya "PERBAIKAN NASIB BANGSA". Akan tetapi masyarakat hanya dapat menerima bentuk penyelenggaraannya yang sama seperti dalam Sistem Pendidikan Umum/Diknas, yaitu melalui "PROSES BELAJAR MENGAJAR".
Masyarakat TIDAK atau KURANG MENYADARI bahwa pada hakekatnya "PENDIDIKAN BISNIS" yang diinginkan oleh masyarakat seperti itu TIDAK ADA, sehingga TIDAK MUNGKIN DAPAT DILAKSANAKAN.
KESIMPULAN tersebut diperoleh sebagai hasil MEMPELAJARI SENDIRI tentang POLA-PIKIR DALAM MENJALANKAN USAHA (BISNIS) yang telah saya lakukan selama tidak kurang dari 40 (empat puluh) tahun, yang menunjukkan bahwa pada KENYATAANNYA terdapat 2 (dua) hal yang SANGAT PRINSIPIL, yaitu:
1) MENJALANKAN USAHA (BISNIS) TIDAK BISA DIJADIKAN "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN" YANG DAPAT DIAJARKAN
Dalam hal ini ada seorang Pengusaha yang mengatakan bahwa "MENJALANKAN USAHA (BISNIS) ITU TIDAK ADA SEKOLAHNYA".
Kenyataan ini menyebabkan para Pengusaha pada umumnya KESULITAN dalam mengajarkan PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) kepada orang lain, walaupun kepada anak kandungnya sendiri. Namun KESULITAN tersebut ternyata kurang dapat diterima atau dianggap kurang masuk akal oleh masyarakat karena telah TERBUKTI bahwa dengan PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) yang selama ini dimiliki, terlihat jelas bahwa seorang Pengusaha telah BERHASIL MENJALANKAN USAHA (BISNIS) dengan baik. Disamping itu masyarakat pada umumnya menganggap apabila seseorang telah berhasil melakukan sesuatu, maka SEHARUSNYA orang yang bersangkutan dapat mengajarkan caranya kepada orang lain.
Pokoknya dalam "Proses Belajar Mengajar" maka "Yang Mengajar" HARUS "SUPERIOR" (lebih menguasai) dari "Yang diajar" tentang "Ilmu Pengetahuan dan/atau Keterampilan".
Anggapan tersebut mengakibatkan ada seseorang yang baru sekali datang berkunjung ke tempat saya, akan tetapi terus merasa KECEWA setelah melihat kondisi saya yang TIDAK MENUNJUKKAN bahwa saya adalah seorang yang TELAH SUKSES MENJALANKAN USAHA (BISNIS), sehingga dianggapnya tidak masuk akal kalau saya dapat mengajarkan "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)" kepada orang lain.
Dapat dimaklumi bahwa setelah merasa SANGAT KECEWA karena "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)" ternyata TIDAK MUNGKIN akan diperoleh dari saya, maka akhirnya orang yang bersangkutan tidak pernah datang lagi.
2) "KEMAMPUAN MEJALANKAN USAHA (BISNIS)" SANGAT TERGANTUNG DARI TINGKAT "INTELIGENSI"
Pada umumnya orang TIDAK MENYADARI bahwa segala PERBUATAN/TINDAKAN yang akan dilakukan dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS) ternyata TIDAK TERGANTUNG kepada "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN" yang telah diperoleh dari Sistem Pendidikan Umum/Diknas (Pendidikan Formal), akan tetapi SANGAT TERGANTUNG kepada TINGKAT INTELIGENSI.
Oleh karena itu tidak heran setelah dimintai pendapatnya tentang suatu PERBUATAN/TINDAKAN yang akan dilakukan dalam menjalankan usaha (bisnis) kepada Pengusaha oleh seseorang dalam rangka "konsultasi", maka Pengusaha yang bersangkutan HANYA menyarankan agar LAKUKAN SAJA (JUST DO IT) kalau MEMANG ternyata PERLU (NEED) untuk dilakukan dan agar TIDAK MELAKUKAN suatu PERBUATAN/TINDAKAN kalau HANYA karena INGIN (WANT) melakukannya.
Akan tetapi ternyata TIDAK MUDAH untuk MEMBEDAKAN/MEMISAHKAN antara PERBUATAN/-TINDAKAN yang PERLU (NEED) DILAKUKAN dengan PERBUATAN/TINDAKAN yang INGIN (WANT) DILAKUKAN bila TINGKAT INTELIGENSI TIDAK MEMADAI.
Dengan demikian maka KEBERHASILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) sangat tergantung dari TINGKAT INTELIGENSI , yaitu makin tinggi TINGKAT INTELIGENSI seseorang akan makin MUDAH bagi orang yang bersangkutan untuk menentukan suatu PERBUATAN/TINDAKAN yang PERLU (NEED) DILAKUKAN.
INTELIGENSI adalah KEMAMPUAN UNTUK MEMPELAJARI ATAU MEMAHAMI ATAU BERSIKAP TERHADAP SITUASI YANG BARU ATAU SULIT, sedangkan TINGKAT INTELIGENSI seseorang adalah PENGAKUAN yang diberikan ORANG LAIN terhadap INTELIGENSI orang yang bersangkutan.
Disamping itu, KEMUDAHAN dalam menentukan suatu PERBUATAN/TINDAKAN yang PERLU (NEED) DILAKUKAN juga tergantung dari SITUASI yang sedang dihadapi, sehingga SANGAT TIDAK MUDAH untuk menentukannya bilamana SITUASI yang sedang dihadapi SANGAT BARU (belum pernah terjadi sebelumnya) dan/atau tingkat KESULITAN dari SITUASI yang sedang dihadapi SANGAT TINGGI. Dengan kata lain seseorang hanya akan dapat berhasil dalam menghadapi suatu situasi, bila TINGKAT INTELIGENSI yang bersangkutan SEBANDING dengan SITUASI yang sedang dihadapinya.
Ada seseorang yang ternyata BERHASIL menghadapi segala situasi dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS), pada hal diketahui bahwa tingkat INTELIGENSI orang yang bersangkutan tidak begitu tinggi.
Sebaliknya ada seseorang yang ternyata BELUM BERHASIL atau MASIH KESULITAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS), pada hal diketahui bahwa tingkat INTELIGENSI orang yang bersangkutan cukup tinggi.
Ratio (perbandingan) antara tingkat INTELIGENSI seseorang dengan tingkat KESULITAN SITUASI yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan disebut tingkat REJEKI.
Bila ratio > 1 berarti REJEKI orang yang bersangkutan DIMUDAHKAN oleh ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA dan seyogianyalah orang yang bersangkutan BERSYUKUR.
Sedangkan bilamana ratio <>
Berapapun besarnya ratio tersebut adalah merupakan UJIAN terhadap setiap orang oleh ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA tentang kekuasaanNYA dalam MENENTUKAN REJEKI.
Saya sendiri, pada saat ini, masih sedang menghadapi SITUASI yang SANGAT BARU dan SANGAT SULIT dalam menjalankan usaha di bidang "PENDIDIKAN BISNIS". Saya tidak tahu apakah tingkat INTELIGENSI saya cukup memadai untuk menghadapinya, namun saya dapat merasakan bahwa tingkat INTELIGENSI saya BELUM SEBANDING dengan SITUASI BISNIS yang sedang saya hadapi.
Ketahuilah sebagaimana yang sering saya tulis bahwa Sistem Pendidikan Umum/Diknas hanya memacu untuk MENINGKATKAN PRESTASI, serta TIDAK MENDUKUNG untuk MENINGKATKAN INTELIGENSI.
Oleh karena itulah diperlukan sistem pendidikan yang lain untuk MENGIMBANGINYA yang saya namakan sistem "PENDIDIKAN BISNIS".
Prinsip "MEMENTINGKAN TUJUAN DARI KEGUNAAN", khususnya dalam menyelenggarakan "PENDIDIKAN BISNIS" adalah prinsip yang akan selalu dipegang teguh oleh "M. A. Dani & Associates", sehingga akan selalu KONSISTEN dengan prinsip tersebut dan sebagai konsekwensinya "M. A. Dani & Associates" TIDAK AKAN PERNAH MENGAJARKAN "ILMU PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS)" sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.
Dalam situasi yang demikian tidak ada yang dapat dilakukan oleh "M. A. Dani & Associates" selain menyadarkan masyarakat bahwa pendidikan yang diselenggarakan untuk memperoleh "Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan" seperti dalam Sistem Pendidikan Umum/Diknas TIDAK MUNGKIN dan TIDAK DAPAT DIGUNAKAN untuk menumbuhkan KEMAMPUAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) dalam diri seseorang.
Sebagaimana yang juga sering saya tulis bahwa TIDAK ADA PERSAMAANYA antara Sistem "PENDIDIKAN BISNIS" dengan Sistem Pendidikan Umum/Diknas, sehingga dengan demikian para tenaga pendidik dan pakar Pendidikan akan menemui KESULITAN untuk memahami apalagi untuk membicarakan tentang PERBEDAAN PRINSIP dalam Sistem "PENDIDIKAN BISNIS".
Bagi Anda yang merasa berminat untuk berpartisipasi dalam PENYELENGGARAAN "PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA ataupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan datang ke alamat saya untuk membicarakan kemungkinannya.

Wassalam,
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Jumat, 05 Oktober 2007

Temen-temen, Jangan Pernah Berhenti Bersyukur..

From: Hadi Kuntoro
Sent: Friday, October 05, 2007 1:15 AM

Dear Action Member..
Dream atau Impian memang indah, dan ditangan motivator-motovator yang handal, lengkaplah sudah tekad kita atau motivasi kita apabila kata-katanya telah dirangkai dengan sedemikian indah, “Jangan Pernah Putus Asa Mengejar Impian Anda”.

Kata-kata ini begitu menyihir kita untuk bergerak-bergerak-bergerak…namun tetap saja ada kalanya bahan bakar semangat kita habis atau menipis, kendur, loyo, sebel, masa bodoh, menyalahkan orang,keadaan,stress,depressi…dan mulai muncul rasa bahwa “This Not my way…” ini bukan jalan saya.

Saya merasa jadi asing dengan apa yang saya lakukan saat ini. Kenapa saya memilih jalan ini…? Kenapa orang bisa berhasil..? kenapa saya sial terus…?
Apakah anda sering atau pernah atau bahkan sedang mengalami hal diatas ini..?

Kalau anda sudah merasa menderita karena persoalan2 diatas, berarti anda harus sudah mulai buru-buru untuk menancapkan tiang atau monument atau Milestone atau apalah...yang merupakan bahwa anda sudah mulai BERHASIL. Dan ini mungkin awal dari keberhasilan anda.

Bagai kita yang memiliki tubuh overweight, yang sedang berusaha untuk mengecilkan berat badan. Dari semua literatur dan saran para ahli berbagai media, yang paling cocok untuk menguruskan perut yang menonjol kian kemari adalah dengan olahraga lari secara teratur misalnya.

Hari pertama kita begitu semangat. 10 kilometer rasannya nggak mustahil akan dilahap pada kesempatan pertama itu. Kita mulai berlari…ternyata…betis anda terasa terpaku di tanah, paha anda pegel, keringat dingin malahan yang keluar atau bahkan keringat2 yang bikin gatal, nafas anda terburu seakan oksigen sudah begitu menipis, apalagi antara nafas dan langkah tidak kompak, kepala anda mulai berdenyut, satu putaran lapangan tennis seakan sudah cukup untuk meledakkan paru2 anda..dan terakhir otak anda berkata stop..! berhenti.! Dan akhirnya anda berhenti….sedih, belum juga 1 kilo…pengin lari lagi nggak kuat, esok harinya malah pegel, kesal dengan diri sendiri akhirnya malah jadi makan banyak2 karena stress dan menyalahkan diri sendiri atau kadang menyalahkan keadaaan....

Padahal yang harus dia lakukan pada hari pertama dia lari dan tidak kuat itu adalah....Alhamdulillah.... bersyukur..bersyukur..dan bersyukur...hari ini sudah bisa mulai berolah raga meskipun belum kuat lama, atas kesadaran sendiri, ditempat lain ada yang memulai seperti ini pada saat dia sudah mulai kena stroke ringan....dan esok harinya kita datang lagi ke arena dengan gagah, kita lari lagi dapatnya kok menurun hanya setengah putaran lapangan tennis..? itupun diakhiri dengan memegang lutut yang rasanya mau copot..? bersyukurlah...pas pulang timbangan malah naik, biarin saja, besok kita mulai lagi dan selalulah bersyukur..Insya Allah setelah 3-4 bulan segendut apapun tubuh anda anda akan bisa lari 6-8 km non stop..! Bahkan 1 km terakhir bisa Sprint.! hehe..ada kok yang mengalaminya...

Anda pebisnis yang biasa profitnya diatas 10 juta kok sekarang 5 juta saja susah, besyukurlah, temen yang lain ada yang profinya gak sampai 1 juta.
Biasanya profit 1 juta sebulan sekarang kok paspasan hanya bisa untuk bayar sewa dan karyawan saja? Bersyukurlah tdaers lainnya ada yang merugi lho..
Tiap bulan rugi dan nombok melulu..? Tetaplah bersyukur... karena anda sudah memulai, tdaers yang lain ada yang baru cari2 peluang, Stress...peluang banyak sekali..tapi nggak tahu mau ambil yang mana.? Syukurilah..karena ternyata mindset anda sudah mulai berubah..Insya Allah degan bersyukur anda akan dipilihkan pilihan terbaik.
Jangankan memilih peluang bisnis KEPINGIN SAJA TAKUT nanti kesengsem sementara modal dan nyali nggak ada, Bersyukurlah...karena ana saat ini sudah memiliki baynak temen2 di tda yang senantiasa akan berempati dgn anda, jangan malu,gengsi,dan semacamnya untuk menceritakan apa yang sedang anda alami saat ini..apalagi hal2 yang menyedihkan, kalau kita mau berbagi kadang malah cepet ilang sedihnya...
Temen sudah banyak, tapi melihat sharing2 mereka kita malah stress...? Apakah ada yang tidak berdaya begini..? Bersyukurlah...anda jauh lebih baik, nun jauh disana ada teman sekolah saya yang saat ini jadi guru dengan honor hanya 200ribu sebulan. Beberapa waktu lalu HP dia yang biasanya hanya untuk menerima panggilan saja, diam2 saya isi lewat M-Kios, dia begitu takjub karena 100rb yang saya isikan ini biasanya biaya pulsa dia 5 bulan...!

Jadi syukurilah apa yang anda sudah dapatkan saat ini, dan apabila rasa syukur itu digabungkan dengan dream2 kita yang indah, makan akan kita dapatkan kata2 yang memiliki power yang sangat dahsyat. Jangan memusingkan apa yang belum kita capai tapi coba periksalah apa2 yang sudah kita dapat, dan bersukurlah.

”Jangan Berhenti Mengejar Impian Anda, dan Syukurilah Terhadap Apapun yang Sudah Anda Capai Sampai Detik Ini”

Sering2lah mengucapkan Alhamdulillah...dan hayatilah makna "Bersukur" yang terkandung didalamnya dengan hati...niscaya anda akan dengan mudah menangis karena begitu banyak yang telah kita dapatkan....

Salam Hangat
Hadi Kuntoro
http://hadikuntoro.com
http://rajaselimut.com
http://mysajadah.com

Selasa, 02 Oktober 2007

KENAPA DIPERLUKAN "PENDIDIKAN" BISNIS

KENAPA DIPERLUKAN "PENDIDIKAN" BISNIS
Ada seorang Ustadz yang disamping menjadi seorang Tenaga Pengajar di sebuah Pesantren, dia juga bekerja sebagai Tenaga Peneliti Pendidikan Agama di Kedutaan Negara Arab.
Ustadz ini alumni sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam di sebuah Negara Arab dan bisa ditebak kemungkinan besar adalah Negara Arab yang Kantor Kedutaannya adalah juga tempat dia bekerja sekarang.
Pada waktu ngobrol-ngobrol di atas Kereta Api dalam perjalanan dari Bandung ke Jakarta, Ustadz ini sampai menanyakan tentang apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan yang lain, yang dinamakan Sistem "Pendidikan" Bisnis itu, serta kenapa sistem pendidikan tersebut diperlukan PADAHAL sistem pendidikan yang SUDAH ADA dan SUDAH BERJALAN sampai sekarang SUDAH MENCAKUP SEMUA ILMU PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN yang diperlukan.
Sistem pendidikan yang sudah ada ini dinamakannya "Sistem Pendidikan FORMAL" yang juga digunakan/dijalankan di pesantren-pesantren.
Kepada sang Ustadz lalu dijelaskan bahwa Sistem "Pendidikan" Bisnis adalah sistem pendidikan tentang PEROBAHAN POLA-PIKIR dari pesertanya bahwa PERBUATAN yang PERLU atau SEHARUSNYA dilakukan adalah PERBUATAN yang apabila KEGUNAAN dari OBJEK yang diperlakukan SESUAI dengan TUJUAN (OBJECTIVE) melakukan PERBUATAN yang bersangkutan.
Kemudian untuk menjawab pertanyaannya dijelaskan serta DITEGASKAN bahwa Sistem "Pendidikan" Bisnis diperlukan karena PADA KENYATAANNYA "Sistem Pendidikan FORMAL" yang TERLIHAT serta DIJALANKAN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini TIDAK MENDUKUNG agar terjadi PEROBAHAN POLA-PIKIR yang demikian.
Dapat diperkirakan sebelumnya bahwa sang Ustadz sebagai seorang TENAGA PENDIDIK dalam "Sistem Pendidikan FORMAL" PASTI TIDAK MENERIMA kalau dikatakan bahwa "Sistem Pendidikan FORMAL ternyata TIDAK MENDUKUNG agar terjadi PEROBAHAN POLA-PIKIR yang demikian".
Dikemukakannya bahwa Ilmu Pengetahuan yang menyangkut POLA-PIKIR, yang pernah diperolehnya di Perguruan Tinggi Agama Islam, dinamakan "ILMU HAKEKAT". Jadi katanya adalah tidak benar "Sistem Pendidikan FORMAL dikatakan TIDAK MENDUKUNG agar terjadi PEROBAHAN POLA-PIKIR". Menurutnya pengamalan suatu ilmu tergantung orang yang mengamalkannya.
Percuma untuk mempertanyakan kepadanya bahwa "ILMU HAKEKAT" pada KENYATAANNYA adalah ilmu yang "pada hakekatnya" mendalami "hakekat" dari beberapa PERBUATAN tertentu dan BUKAN mengupas tentang POLA-PIKIR yang akan mendasari setiap PERBUATAN.
Terlepas dari segi FAKTA atau KENYATAAN yang dapat dibuktikan sendiri, Ustadz ini serta para Tenaga Pendidik lainnya (guru/dosen) dan masyarakat umum TIDAK AKAN DAPAT MENERIMA bila ada yang MENGHUJAT "Sistem Pendidikan FORMAL" yang SEHARUSNYA DIUTAMAKAN dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, karena MAKIN TINGGI tingkat pendidikan yang dapat diselesaikan, MAKIN MENDAPAT TEMPAT YANG LEBIH TERHORMAT DALAM MASYARAKAT sebagai "ORANG YANG BERPENDIDIKAN" (punya embel-embel gelar kesarjanaan di depan atau dibelakang nama).
Hanya kemudian dicoba sedikit menambahkan/membelokkan pembicaraan bahwa PEROBAHAN POLA-PIKIR sudah PASTI akan MENIMBULKAN PEROBAHAN AKHLAK oleh karena setiap PERBUATAN yang dilakukan akan mencerminkan tingkatan AKHLAK dari pelakunya.
Karena tidak ada komentar, maka dicoba menambahkan lagi "HUJATAN" yang agak lebih "sopan" bahwa pada KENYATAANNYA "Sistem Pendidikan FORMAL" yang TERLIHAT serta dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini juga TIDAK MENDUKUNG agar terjadi PEROBAHAN AKHLAK pada anak-didik, sebagaimana yang diuraikan oleh Khatib dalam khotbah Shalat ‘Idul Adha yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 30 Desember 2006, atau 9 Dzulhijjah 1427H, di lapangan Mesjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Khatib menjelaskan bahwa "PENDIDIKAN AKHLAK" mempunyai CAKUPAN atau RUANG LINGKUP yang berbeda dengan SISTEM PENDIDIKAN UMUM/DIKNAS dan oleh karenanya TIDAK DAPAT DIBERIKAN melalui "Sistem Pendidikan FORMAL" yang dinamakan SISTEM "PENDIDIKAN UMUM/DIKNAS" yang telah berjalan sampai sekarang ini, sehingga HARUS diselenggarakan OLEH dan DI SETIAP RUMAH TANGGA.
Kali ini sang Ustadz hanya tersenyum dan senyumannya itu dapat ditebak artinya yaitu untuk mengatakan bahwa semua Ilmu Pengatahuan yang diajarkan di Pesantren adalah menyangkut AKHLAK dan bahwa pengamalan suatu ilmu tergantung orang yang mengamalkannya.
Yang jelas, "Pendidikan" Bisnis MEMANG dan HARUS diselenggarakan OLEH dan DI SETIAP RUMAH TANGGA dengan MELATIH DIRI SENDIRI menggunakan POLA-PIKIR yang telah dibicarakan di kelas.
Harus SEBANYAK MUNGKIN waktu yang dihabiskan diluar kelas untuk MELATIH DIRI SENDIRI menggunakan POLA-PIKIR yang telah dibicarakan di kelas, sedangkan hanya memerlukan waktu selama 1-2 jam dalam seminggu untuk membicarakan topik-topik yang menyangkut POLA-PIKIR tersebut dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan di kelas.
Pernyataan dari sang Ustadz tentang PERBUATAN ("pengamalan dari suatu ilmu") bahwa "pengamalan suatu ilmu tergantung orang yang mengamalkannya" merupakan BUKTI bahwa ILMU PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN adalah satu hal dalam HIDUP dan KEHIDUPAN ini, sedangkan PERBUATAN adalah hal lainnya yang TIDAK HARUS ada kaitannya, karena "tergantung orangnya".
Itulah sebabnya POLA-PIKIR yang dijadikan dasar melakukan setiap PERBUATAN selalu kami katakan BUKAN merupakan ILMU PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN.
POLA-PIKIR tidak dapat DIAJARKAN, akan tetapi dapat DITUMBUHKAN dengan MEMBICARAKAN topik-topik yang berhubungan dengan POLA-PIKIR yang bersangkutan.
Disamping itu MASYARAKAT perlu disadarkan bahwa "PENDIDIKAN UMUM/DIKNAS" BUKANLAH SEGALA-GALANYA atau SATU-SATUNYA SISTEM PENDIDIKAN, akan tetapi JUGA DIPERLUKAN SISTEM PENDIDIKAN YANG LAIN yang dinamakan SISTEM "PENDIDIKAN" BISNIS dalam rangka untuk 'MEMPERBAIKI NASIB BANGSA INI".
Bila Anda merasa tertarik dan berminat untuk ikut berpartisipasi, baik sebagai peserta "PENDIDIKAN" BISNIS maupun untuk menjadi ASSOCIATE yang akan menyebar-luaskan POLA-PIKIR yang "lebih mementingkan TUJUAN dari pada KEGUNAAN", silahkan menghubungi kami, atau akan lebih baik bila datang ke alamat kami untuk membicarakannya.
***
M. A. Dani & Associates
(PT. Tatabisnis Usaha Globalisia)
Jasa Konsultansi dan Pendidikan & Pelatihan Manajemen Bisnis (Business Management Consultancy & Education/Training Services)
Jl. Kp. Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Jakarta Selatan, JAKARTA 12840.
Tel: (021)8303541, E-mail muchtid@cbn.net.id
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"

Minggu, 30 September 2007

Pengusaha (Business Owner)

Pengusaha (Business Owner)

BUKANLAH PEKERJA

PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) BUKANLAH PEKERJA, akan tetapi seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya sehingga "SISTEM BISNIS" itulah yang akan BEKERJA UNTUKNYA, dengan pengertian:

  1. "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf hidup bagi pemakainya.
  2. Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja untuk para TENAGA PROFESIONAL.
  3. "SISTEM BISNIS" diserahkan kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) untuk menjalankannya yang dibantu oleh TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan, serta kemudian yang akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
  4. Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
    1. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
    2. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
    3. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (self-employed);
    4. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.

Kenyataan menunjukkan bahwa Sistem Pendidikan Umum/Diknas, sengaja atau tidak disengaja, adalah hanya untuk menghasilkan TENAGA PROFESIONAL, sehingga diperlukan Sistem “Pendidikan” yang lain untuk menumbuhkan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), yang kami namakan Sistem “Pendidikan’ Bisnis.

"PENDIDIKAN BISNIS" adalah "pendidikan" tentang "akal-sehat/pikiran-jernih" yang akan membentuk "pola-pikir" yang selanjutnya akan menentukan "tindakan/perilaku/-perbuatan".

"Akal-sehat/pikiran-jernih" adalah AKAL/PIKIRAN/NALAR/-LOGIKA yang tidak dipengaruhi oleh KEINGINAN, akan tetapi yang ditunjang oleh KALBU/HATI-NURANI.

Sedangkan pada dasarnya "akal-sehat/pikiran-jernih", "pola-pikir" dan "tindakan/perilaku/perbuatan" BUKANLAH merupakan "ilmu pengetahuan atau keterampilan" seperti yang didapatkan di SEKOLAH (sekolah dasar sampai perguruan tinggi dalam Sistem Pendidikan Umum/Diknas, termasuk kursus/training/workshop), sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" adalah "pendidikan" dalam "tanda kutip", BUKAN SEKOLAH.

Kami berdedikasi untuk menyelenggarakan “Pendidikan” Bisnis tersebut. Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.

"M. A. Dani & Associates"


Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis

BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl.
Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Senin, 24 September 2007

Kemrdaekaan yang cacat


TUJUAN berbangsa dan bernegara katanya adalah "Berbangsa dan Bernegara yang ADIL dan MAKMUR".
Pencapaian TUJUAN tersebut SEHARUSNYA merupakan PROSES yang berlangsung sepanjang masa sehingga "hari ini lebih ADIL dan MAKMUR dari hari kemarin dan hari esok lebih ADIL dan MAKMUR dari hari ini".
Dua hal pokok yang harus DIFUNGSIKAN agar PROSES Pencapaian TUJUAN tersebut berjalan adalah: 1) Merebut KEMERDEKAAN dari tangan penjajah dan 2) Membentuk PEMERINTAHAN dengan segala perangkat yang diperlukan.
Untuk hal pokok yang pertama para pejuang Kermerdekaan kita telah berhasil merebut KEMERDEKAAN dari tangan penjajah, sehingga telah berada dalam genggaman kita sampai sekarang.
Namun ketahuilah bahwa KEMERDEKAAN yang sudah dalam genggaman ini, dulu direbut oleh para Pejuang Kemerdekaan kita dari tangan penjajah dengan cara KEKERASAN, sampai-sampai mengorbankan jiwa-raganya.
Sesuatu yang direbut dengan cara KEKERASAN akan sedikit-banyaknya menimbulkan CACAT. Demikian juga dengan KEMERDEKAAN yang sudah dalam genggaman ini, sehingga tidak dapat DIFUNGSIKAN begitu saja dalam PROSES Pencapaian TUJUAN sebelum DIPERBAIKI terlebih dahulu.
Ternyata KEMERDEKAAN yang sudah 62 tahun dalam genggaman ini mengandung CACAT yang SANGAT PARAH, yaitu sampai-sampai telah "BERUBAH BENTUK" menjadi "KEBEBASAN berbuat apa saja berdasarkan KEGUNAAN dari segala sesuatu yang DISUKAI, TANPA PEDULI dengan TUJUAN Berbangsa dan Bernegara yang ADIL dan MAKMUR".
Lalu bagaimana dengan hal pokok yang kedua? Apakah PEMERINTAHAN yang sudah terbentuk sudah dapat DIFUNGSIKAN agar PROSES Pencapaian TUJUAN "Berbangsa dan Bernegara yang ADIL dan MAKMUR" berjalan DENGAN BAIK?
Memperbaiki CACAT yang terdapat pada KEMERDEKAAN yang sudah di tangan ini tidak lain adalah dengan MERUBAH POLA-PIKIR dari "mementingkan KEGUNAAN dari TUJUAN" menjadi SEBALIKNYA yaitu "mementingkan TUJUAN dari KEGUNAAN".
Oleh karena itu DARI SEKARANG HARUS SEBANYAK MUNGKIN anak bangsa ini yang MAU MERUBAH POLA-PIKIR dari "mementingkan KEGUNAAN dari TUJUAN" menjadi SEBALIKNYA yaitu "lebih mementingkan TUJUAN dari pada KEGUNAAN" dalam menjalani HIDUP DAN KEHIDUPAN ini, sehingga akan PEDULI dengan TUJUAN "BERBANGSA DAN BERNEGARA".
Ketahuilah bahwa "PENDIDIKAN UMUM/DIKNAS" tidak dimaksudkan untuk MERUBAH POLA-PIKIR yang demikian. DIPERLUKAN SISTEM PENDIDIKAN YANG LAIN yang dinamakan SISTEM "PENDIDIKAN" BISNIS dalam rangka untuk 'MEMPERBAIKI NASIB BANGSA INI".
Bila Anda merasa tertarik dan berminat untuk ikut berpartisipasi, baik sebagai peserta "PENDIDIKAN" BISNIS maupun untuk menjadi ASSOCIATE yang akan menyebar-luaskan POLA-PIKIR yang "lebih mementingkan TUJUAN dari pada KEGUNAAN", silahkan menghubungi kami, atau akan lebih baik bila datang ke alamat kami untuk membicarakannya.

M. A. Dani & Associates
(PT. Tatabisnis Usaha Globalisia)
Jasa Konsultansi dan Pendidikan & Pelatihan Manajemen Bisnis (Business Management Consultancy & Education/Training Services)
Jl. Kp. Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Jakarta Selatan, JAKARTA 12840.
Tel: (021)8303541, E-mail muchtid@cbn.net.id
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"

Bangsa ini kekurangan Pengusaha (Business Owner)


Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, sekali lagi kami ingatkan bahwa bangsa ini kekurangan Pengusaha (Business Owner).
Diperlukan kembali sifat KEGOTONG-ROYONGAN bangsa ini untuk MENUMBUHKANNYA.
Pengusaha (Business Owner) yaitu seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja bagi para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Harus SEBANYAK MUNGKIN diantara generasi yang akan datang MENJADI PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).
Bahkan bila seorang Pengusaha (Business Owner) kemudian menjadi Investor maka yang bersangkutan adalah "the real investor".
Jadi bangsa ini tidak hanya kekurangan Pengusaha (Business Owner), akan tetapi juga SANGAT kekurangan Investor.
Oleh karena itu jangan biarkan sampai Investor Asing yang menggarap kekayaan tanah air kita ini, sementara SEMUA anak keturunan kita, generasi penerus, hanya menjadi PEKERJA/PROFESIONAL yang kemudian bekerja untuk kepentingan Investor Asing, atau dengan kata lain (maaf) menjadi "KULI" bangsa asing.
Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang TIDAK MENDUKUNG untuk menumbuhkan Pengusaha (Business Owner) yang dimaksud diatas, sehingga diperlukan lagi Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) yang lain yang kami namakan Sistem "Pendidikan Bisnis".
Disebut Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) oleh karena "Pendidikan Bisnis" BUKAN SEKOLAH seperti dalam Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang.
Berikanlah PILIHAN kepada anak keturunan kita, generasi penerus, untuk mengikuti "Pendidikan Bisnis" yang kami selenggarakan, ketimbang meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan biaya yang tidak sedikit.
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, BERGOTONG-ROYONG dalam upaya menumbuhkan Pengusaha (Business Owner), atau kami sebut juga "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
"Menjalankan usaha (bisnis) TIDAK ADA SEKOLAHNYA", kata para pengusaha pada umumnya.
Suatu kenyataan yang sulit untuk diterima umumnya oleh para pakar pendidikan, apalagi oleh anggota masyarakat pada umumnya.
Bila Anda mengikuti suatu pendidikan (sekolah/kulia/training/workshop) maka Anda akan DIAJARI suatu PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN melalui "proses belajar mengajar" oleh seseorang yang dianggap ahlinya (guru/dosen/pelatih/instruktur).
Selama mengikuti suatu pendidikan Anda harus menerima (PASIF) semua yang diajarkan, untuk kemudian kalau perlu menghafalnya dan terutama menguasainya dengan cara berlatih mengerjakan soal-soal dan "PR".
Konsekwensinya, sadar atau tidak sadar, PIKIRAN/NALAR/LOGIKA menjadi PASIF, artinya harus ada orang lain yang MENGAKTIFKAN, atau situasi yang sedang terjadi (trying situation) MEMAKSA PIKIRAN/NALAR/LOGIKA untuk AKTIF.
Untuk menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang sukses, maka PIKIRAN/NALAR/LOGIKA harus AKTIF.
Dengan demikian untuk MENUMBUHKAN Pengusaha (Business Owner) TIDAK MUNGKIN dilakukan melalui Sistem Pendidikan biasa yang dibuat oleh para pakar pendidikan.
MENUMBUHKAN Pengusaha (Business Owner) HANYA DAPAT dilakukan melalui Sistem Pendidikan yang lain yang kami namakan Sistem "Pendidikan Bisnis".
Sayangnya masyarakat pada umumnya masih tetap mengharapkan "Menjalankan usaha (bisnis) HARUS ADA SEKOLAHNYA".
Masyarakat harus disadarkan bahwa negara ini KEKURANGAN PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) dan bahwa walaupun "menjalankan usaha (bisnis) TIDAK ADA SEKOLAHNYA", akan tetapi kami menyelenggarakan "Pendidikan Bisnis" ("pendidikan" dalam tanda kutip) yang dapat diikuti oleh mereka yang berminat menjadi Pengusaha (Business Owner).
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI dalam upaya menumbuhkan Pengusaha (Business Owner), atau yang kami sebut dengan "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA (CALON ASSOCIATE), silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Jumat, 21 September 2007

Objective (Tujuan)


TUJUAN (OBJECTIVE) adalah pedoman dalam melakukan suatu upaya/perbuatan (something toward which effort is directed), sehingga dipakai untuk menetapkan atau mengukur PERLUNYA melakukan upaya/perbuatan yang bersangkutan.
"HIDUP BERSENANG-SENANG" adalah TUJUAN YANG MENYESATKAN bila dijadikan pedoman atau arah dalam melakukan suatu perbuatan.
Dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH akan "terlihat" bahwa "HIDUP BERSENANG-SENANG" itu ibarat FATAMORGANA di padang pasir. Dari jauh seperti ada air di suatu tempat. Oleh karena sedang merasa dahaga, tempat itu dituju dengan segala cara dan daya-upaya agar segera sampai disana. Akan tetapi ternyata TIDAK ADA APA-APA selain pasir yang kering, sehingga dahaga bukannya hilang, malah tambah menjadi-jadi karena kelelahan, serta tanpa disadari telah menyimpang dari arah perjalanan yang semula telah ditetapkan.
Demikianlah kalau seseorang telah "berhasil" menumpuk kekayaan dengan segala cara dan daya-upaya dengan TUJUAN "HIDUP BERSENANG-SENANG" , akan menemukan bahwa ternyata TIDAK ADA APA-APA selain "hidup yang rumit" disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan oleh segala cara dan daya-upaya yang telah digunakannya untuk menumpuk kekayaan itu. Tidak heran kalau ada yang terjun dari lantai 30 sebuah hotel mewah untuk mengakhiri "hidup yang rumit" itu.
Oleh karena itu TUJUAN yang akan dijadikan sebagai pedoman atau arah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini HARUS ditetapkan dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, yaitu akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) akan tetapi DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH akan "terlihat" bahwa "HIDUP BERSENANG-SENANG" itu pada hakekatnya TIDAK ADA dalam hidup dan kehidupan ini.
Dengan mengikuti AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, seseorang akan cenderung menggunakan rejeki yang diperoleh secukupnya (TIDAK BERLEBIHAN) dan selebihnya, bila ada, menggunakannya untuk TUJUAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) ketimbang untuk TUJUAN "HIDUP BERSENANG-SENANG".
MENJALANKAN USAHA (BISNIS) adalah pilihan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini bagi setiap orang, sedangkan salah satu PERANAN yang dapat diambil dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS) adalah sebagai PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).
Dengan menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH dalam menetapkan TUJUAN yang TEPAT dan JELAS untuk kemudian digunakan secara KONSISTEN sebagai PEDOMAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS), maka seorang PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) dapat menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja bagi para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Dengan demikian MENJALANKAN USAHA (BISNIS) yang SUKSES bagi seorang PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) adalah dengan TIDAK menjadikan "FATAMORGANA" sebagai TUJUAN atau PEDOMAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS).
Bangsa dan negara ini memerlukan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) sebanyak mungkin.
Menumbuhkan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) seperti yag dimaksud diatas dapat dilakukan secara perlahan-lahan tapi pasti, yaitu dengan "PENDIDIKAN BISNIS".
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Jumat, 24 Agustus 2007

Bangsa ini kekurangan Pengusaha (Business Owner)


Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, sekali lagi kami ingatkan bahwa bangsa ini kekurangan Pengusaha (Business Owner).
Diperlukan kembali sifat KEGOTONG-ROYONGAN bangsa ini untuk MENUMBUHKANNYA.
Pengusaha (Business Owner) yaitu seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja bagi para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Harus SEBANYAK MUNGKIN diantara generasi yang akan datang MENJADI PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).
Bahkan bila seorang Pengusaha (Business Owner) kemudian menjadi Investor maka yang bersangkutan adalah "the real investor".
Jadi bangsa ini tidak hanya kekurangan Pengusaha (Business Owner), akan tetapi juga SANGAT kekurangan Investor.
Oleh karena itu jangan biarkan sampai Investor Asing yang menggarap kekayaan tanah air kita ini, sementara SEMUA anak keturunan kita, generasi penerus, hanya menjadi PEKERJA/PROFESIONAL yang kemudian bekerja untuk kepentingan Investor Asing, atau dengan kata lain (maaf) menjadi "KULI" bangsa asing.
Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang TIDAK MENDUKUNG untuk menumbuhkan Pengusaha (Business Owner) yang dimaksud diatas, sehingga diperlukan lagi Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) yang lain yang kami namakan Sistem "Pendidikan Bisnis".
Disebut Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) oleh karena "Pendidikan Bisnis" BUKAN SEKOLAH seperti dalam Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang.
Berikanlah PILIHAN kepada anak keturunan kita, generasi penerus, untuk mengikuti "Pendidikan Bisnis" yang kami selenggarakan, ketimbang meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan biaya yang tidak sedikit.
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, BERGOTONG-ROYONG dalam upaya menumbuhkan Pengusaha (Business Owner), atau kami sebut juga "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
"Menjalankan usaha (bisnis) TIDAK ADA SEKOLAHNYA", kata para pengusaha pada umumnya.
Suatu kenyataan yang sulit untuk diterima umumnya oleh para pakar pendidikan, apalagi oleh anggota masyarakat pada umumnya.
Bila Anda mengikuti suatu pendidikan (sekolah/kulia/training/workshop) maka Anda akan DIAJARI suatu PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN melalui "proses belajar mengajar" oleh seseorang yang dianggap ahlinya (guru/dosen/pelatih/instruktur).
Selama mengikuti suatu pendidikan Anda harus menerima (PASIF) semua yang diajarkan, untuk kemudian kalau perlu menghafalnya dan terutama menguasainya dengan cara berlatih mengerjakan soal-soal dan "PR".
Konsekwensinya, sadar atau tidak sadar, PIKIRAN/NALAR/LOGIKA menjadi PASIF, artinya harus ada orang lain yang MENGAKTIFKAN, atau situasi yang sedang terjadi (trying situation) MEMAKSA PIKIRAN/NALAR/LOGIKA untuk AKTIF.
Untuk menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang sukses, maka PIKIRAN/NALAR/LOGIKA harus AKTIF.
Dengan demikian untuk MENUMBUHKAN Pengusaha (Business Owner) TIDAK MUNGKIN dilakukan melalui Sistem Pendidikan biasa yang dibuat oleh para pakar pendidikan.
MENUMBUHKAN Pengusaha (Business Owner) HANYA DAPAT dilakukan melalui Sistem Pendidikan yang lain yang kami namakan Sistem "Pendidikan Bisnis".
Sayangnya masyarakat pada umumnya masih tetap mengharapkan "Menjalankan usaha (bisnis) HARUS ADA SEKOLAHNYA".
Masyarakat harus disadarkan bahwa negara ini KEKURANGAN PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) dan bahwa walaupun "menjalankan usaha (bisnis) TIDAK ADA SEKOLAHNYA", akan tetapi kami menyelenggarakan "Pendidikan Bisnis" ("pendidikan" dalam tanda kutip) yang dapat diikuti oleh mereka yang berminat menjadi Pengusaha (Business Owner).
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI dalam upaya menumbuhkan Pengusaha (Business Owner), atau yang kami sebut dengan "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA (CALON ASSOCIATE), silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Senin, 20 Agustus 2007

FATAMORGANA - TUJUAN YANG MENYESATKAN



TUJUAN (OBJECTIVE) adalah pedoman dalam melakukan suatu upaya/perbuatan (something toward which effort is directed), sehingga dipakai untuk menetapkan atau mengukur PERLUNYA melakukan upaya/perbuatan yang bersangkutan.
"HIDUP BERSENANG-SENANG" adalah TUJUAN YANG MENYESATKAN bila dijadikan pedoman atau arah dalam melakukan suatu perbuatan.
Dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH akan "terlihat" bahwa "HIDUP BERSENANG-SENANG" itu ibarat FATAMORGANA di padang pasir. Dari jauh seperti ada air di suatu tempat. Oleh karena sedang merasa dahaga, tempat itu dituju dengan segala cara dan daya-upaya agar segera sampai disana. Akan tetapi ternyata TIDAK ADA APA-APA selain pasir yang kering, sehingga dahaga bukannya hilang, malah tambah menjadi-jadi karena kelelahan, serta tanpa disadari telah menyimpang dari arah perjalanan yang semula telah ditetapkan.
Demikianlah kalau seseorang telah "berhasil" menumpuk kekayaan dengan segala cara dan daya-upaya dengan TUJUAN "HIDUP BERSENANG-SENANG" , akan menemukan bahwa ternyata TIDAK ADA APA-APA selain "hidup yang rumit" disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan oleh segala cara dan daya-upaya yang telah digunakannya untuk menumpuk kekayaan itu. Tidak heran kalau ada yang terjun dari lantai 30 sebuah hotel mewah untuk mengakhiri "hidup yang rumit" itu.
Oleh karena itu TUJUAN yang akan dijadikan sebagai pedoman atau arah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini HARUS ditetapkan dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, yaitu akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) akan tetapi DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH akan "terlihat" bahwa "HIDUP BERSENANG-SENANG" itu pada hakekatnya TIDAK ADA dalam hidup dan kehidupan ini.
Dengan mengikuti AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, seseorang akan cenderung menggunakan rejeki yang diperoleh secukupnya (TIDAK BERLEBIHAN) dan selebihnya, bila ada, menggunakannya untuk TUJUAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) ketimbang untuk TUJUAN "HIDUP BERSENANG-SENANG".
MENJALANKAN USAHA (BISNIS) adalah pilihan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini bagi setiap orang, sedangkan salah satu PERANAN yang dapat diambil dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS) adalah sebagai PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).
Dengan menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH dalam menetapkan TUJUAN yang TEPAT dan JELAS untuk kemudian digunakan secara KONSISTEN sebagai PEDOMAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS), maka seorang PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) dapat menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja bagi para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Dengan demikian MENJALANKAN USAHA (BISNIS) yang SUKSES bagi seorang PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) adalah dengan TIDAK menjadikan "FATAMORGANA" sebagai TUJUAN atau PEDOMAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS).
Bangsa dan negara ini memerlukan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) sebanyak mungkin.
Menumbuhkan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) seperti yag dimaksud diatas dapat dilakukan secara perlahan-lahan tapi pasti, yaitu dengan "PENDIDIKAN BISNIS".
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".

"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Bencana terbesar yang sedang melanda bangsa dan negara


Bencana terbesar yang sedang dihadapi bangsa dan negara sekarang ini adalah KEHILANGAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN JERNIH.
Disebut sebagai "bencana terbesar" karena telah melanda semua orang, TANPA TERKECUALI. Ada yang menyadarinya, ada yang tidak menyadari sama sekali. Yang tidak menyadari akan berbuat "suka-suka hati", sehingga memilih hanya melakukan perbuatan yang "menyenangkan (entertaining)".
AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH adalah akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) akan tetapi DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Bencana ini tidak terlihat wujudnya seperti berbagai bencana alam yang pernah terjadi, berupa tsunami, gempa, tanah longsor, banjir dan sebagainya, akan tetapi kerusakan yang ditimbulkannya terlihat dimana-mana, bahkan menjadi penyebab terjadinya bencana yang lain.
Suatu bencana alam ada saatnya berhenti untuk sementara atau sampai waktu tertentu, akan tetapi bencana yang satu ini berlangsung terus menerus, seolah-olah tidak akan pernah berhenti.
Seseorang pada saat sekarang ini boleh jadi YAKIN masih mempunyai AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, akan tetapi sebentar lagi, atau nanti, atau besok, ada kemungkinan tanpa disadari akan KEHILANGAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH.
Ciri-ciri KEHILANGAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH pada diri seseorang terlihat pada PERBUATAN yang dilakukannya, antara lain 3 ciri pokok sebagai berikut:
1) Melakukan suatu perbuatan hanya karena INGIN (WANT) melakukannya, tanpa TUJUAN yang jelas.
TUJUAN (OBJECTIVE) adalah pedoman dalam melakukan suatu upaya/perbuatan (something toward which effort is directed), sehingga dapat digunakan untuk menngukur PERLUNYA (NEED) melakukan suatu upaya/perbuatan.
2) Suatu perbuatan dilakukan HANYA karena telah mengetahui KEGUNAAN dari perbuatan yang bersangkutan.
Suatu KEGUNAAN sangat tergantung dari tempat, waktu dan pelakunya.
KEGUNAAN melakukan suatu perbuatan di suatu tempat mungkin tidak berlaku di tempat yang lain.
Suatu perbuatan yang dilakukan di waktu yang lalu mungkin sudah tidak mempunyai KEGUNAAN lagi bila dilakukan sekarang, walaupun di tempat yang sama.
Suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang mungkin tidak mempunyai KEGUNAAN yang sama bila dilakukan oleh orang yang berbeda.
3) Melakukan suatu perbuatan berdasarkan pendapat (opini).
Suatu pendapat (opini) BELUM TENTU BENAR, termasuk pendapat (opini) sendiri, sehingga perlu diperiksa keadaan yang sebenarnya (fakta) dari setiap hal yang disebutkan dalam pendapat (opini) yang bersangkutan.
Memeriksa keadaan yang sebenarnya (fakta) hanya dapat dilakukan bila PENALARAN lebih dominan dari KEINGINAN.
PENALARAN adalah: "mengerti bahwa mengerti", sedangkan KEINGINAN sebaliknya, yaitu: "tidak mengerti bahwa tidak mengerti" (TIDAK MAU MENGERTI).
Walaupun bencana terbesar ini tidak mungkin diatasi secara tuntas, akan tetapi dapat dilakukan secara perlahan-lahan tapi pasti, yaitu dengan "PENDIDIKAN BISNIS".
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

PRESTASI dan INTELIGENSI

Tidak dapat disangkal bahwa bangsa dan negara ini MEMERLUKAN orang-orang yang BERPRESTASI TINGGI, karena dalam diri orang tersebut tersimpan daya seorang PEKERJA yang luar biasa, yang dapat diandalkan untuk membangun bangsa dan negara ini menjadi "lebih baik".
PRESTASI (ACHIEVEMENT) dapat diartikan:1) penyelesaian yang sukses (successful completion); atau 2) hasil dari keteguhan hati, kekerasan hati atau usaha keras (a result brought about by resolve, persistence or endeavour); atau 3) kualitas dan kuantitas kerja siswa/mahasiswa (the quality and quantity of a student's work); atau 4) hasil kerja besar atau heroik (a great or heroic deed).
PRESTASI adalah HASIL KERJA DIRI SENDIRI dari seseorang yang DIAKUI oleh ORANG LAIN, baik secara resmi/tertulis maupun hanya sekedar decak-kagum, sehingga setelah memperoleh suatu PRESTASI orang yang bersangkutan merasa BAHAGIA.
AKAN TETAPI bangsa dan negara ini LEBIH MEMERLUKAN orang-orang yang BERINTELIGENSI TINGGI, karena dalam diri orang yang bersangkutan tersimpan kemampuan MENALAR yang luar biasa, yang dapat diandalkan untuk mengatasi setiap "masalah" yang dihadapi bangsa dan negara ini.
Yang dimaksud dengan INTELIGENSI (INTELLIGENCE) adalah: kemampuan dalam mempelajari atau memahami atau menghadapi situasi yang baru atau yang menyulitkan (the ability to learn or understand or to deal with new or trying situation).
INTELIGENSI adalah KEMAMPUAN DIRI SENDIRI dalam MENALAR atau menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH untuk menemukan MASALAH YANG SEBENARNYA dari setiap masalah yang akan DIATASI, sehingga tidak hanya orang tersebut yang merasa BAHAGIA setelah suatu masalah dapat diatasi, akan tetapi JUGA ORANG LAIN yang ikut terkena atau menanggung akibat dari masalah yang bersangkutan.
AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH adalah akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) dan DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Pengakuan PRESTASI diberikan kepada seseorang karena telah DIAJARI dan kemudian telah TERUJI bahwa telah MENGUASAI suatu "Pengetahuan dan/atau Keterampilan".
INTELIGENSI adalah HASIL menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH yang terus-menerus dalam MEMPELAJARI atau memahami atau menghadapi situasi yang baru atau yang menyulitkan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PRESTASI dan INTELIGENSI berdiri sendiri-sendiri, tidak ada hubungan secara logika (logical relationship) satu sama lain. Terbukti bahwa seseorang yang telah memperoleh PRESTASI yang tinggi BELUM TENTU mempunyai INTELIGENSI yang tinggi pula. Bahkan sudah tidak merupakan rahasia umum bahwa ada orang yang berhasil mencapai PRESTASI hanya dengan "akal-akalan" ketimbang menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH. Sebaliknya seseorang yang mempunyai INTELIGENSI yang tinggi belum tentu mau ikut berpacu mengejar suatu PRESTASI, kecuali bila orang tersebut dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH telah dapat "melihat" dengan jelas bahwa perbuatan tersebut mengarah ke TUJUAN tertentu yang telah ditetapkannya.
PADA KENYATAANNYA dapat dikatakan bahwa Sistem Pendidikan yang "konvensional" atau yang dinamakan "Sistem Pendidikan Nasional" yang berjalan sampai sekarang, baik di negara kita maupun di negara-negara lain, HANYA MEMACU anak-didik/siswa/mahasiswa untuk BERPRESTASI, yaitu untuk mendapatkan nilai ujian atau nilai rapor atau indeks-prestasi (IP) yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain Sistem Pendidikan yang "konvensional" cenderung hanya akan menghasilkan PEKERJA (PROFESIONAL), sedangkan seorang PEKERJA (PROFESIONAL) cenderung akan bersifat PASIF, yaitu hanya menunggu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai profesinya setelah PEKERJAAN yang bersangkutan ADA.
HARUS ada orang lain yang mempunyai INTELIGENSI yang tinggi, untuk selalu AKTIF mempelajari "masalah" yang dihadapi bangsa dan negara ini sampai ditemukan MASALAH YANG SEBENARNYA yang terjadi, sehingga kemudian dapat menentukan TINDAKAN/PERBUATAN/PEKERJAAN yang perlu dilakukan oleh para PEKERJA (PROFESIONAL) dalam rangka untuk MENGATASI masalah yang bersangkuitan. Dengan kata lain seseorang yang mempunyai INTELIGENSI yang tinggi cenderung MENGADAKAN/MENCIPTAKAN PEKERJAAN untuk para PEKERJA (PROFESIONAL).
Dalam "menyusun suatu sistem" ada kaidah yang harus diikuti agar sistem yang bersangkutan dapat berjalan dengan baik, yaitu bahwa beberapa fungsi yang berdiri sendiri-sendiri TIDAK MUNGKIN dapat disertakan secara bersama-sama dalam satu sistem.
Dengan demikian dapat dimaklumi bila para pakar pendidikan menemui KESULITAN dalam upaya MENYATUKAN "fungsi meningkatkan PRESTASI" dan "fungsi meningkatkan INTELIGENSI" dalam "Sistem Pendidikan Nasional" yang berjalan sampai sekarang ini. Bila tetap dipaksanakan PASTI tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Oleh karena itu diperlukan Sistem "Pendidikan" yang lain disamping Sistem Pendidikan "konvensional", yang dinamakan SISTEM "PENDIDIKAN BISNIS". Disebut sebagai "pendidikan" (DALAM TANDA KUTIP) oleh karena SAMA SEKALI tidak menyangkut PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN seperti dalam Sistem Pendidikan "konvensional", sehingga TIDAK ADA PERSAMAANNYA dengan SEKOLAH/KURSUS/TRAINING "konvensional" yang telah ada selama ini.
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Rabu, 08 Agustus 2007

Belajar Biz sambil berbisnis

Menjadi Associate di “M. A. Dani & Associates”
(PT. Tatabisnis Usaha Globalisia)
I. “M. A. Dani & Associates”
A. “M. A. Dani & Associates” adalah sekelompok anggota masyarakat yang independen (nonpolitik)
yang melakukan kegiatan untuk BERBUAT NYATA dalam rangka PERBAIKAN
“NASIB BANGSA” MELALUI “PENDIDIKAN BISNIS”.
B. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara legal, kelompok ini bernaung dibawah badan
hukum berbentuk Perseroan Terbatas dengan nama “PT. Tatabisnis Usaha Globalisia”.
II. PERBAIKAN “NASIB BANGSA”
A. Perbaikan “nasib bangsa” adalah perbaikan untuk menjadikan “kehidupan berbangsa dan
bernegara” pada hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari
ini, sedangkan yang digunakan sebagai ukuran “lebih baik” adalah “kondisi perekonomian”
tanpa mengabaikan hal lainnya yang dapat dan perlu digunakan sebagai “ukuran”.
B. TULANG PUNGGUNG PEREKONOMIAN setiap negara pada kenyataannya adalah
“PENGUSAHA (BUSINESS OWNER)” yang membangun/menyusun suatu "SISTEM
BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian
menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang
MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakannya, dengan pengertian:
1. "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK
USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang
atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2. Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam
suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunan suatu "SISTEM BISNIS"
tidak lain adalah PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA bagi para TENAGA
PROFESIONAL dan kemudian TENAGA PROFESIONAL yang akan menentukan
CARA MELAKSANAKAN (how to do) KEGIATAN yang bersangkutan yang sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
3. Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan
menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri
(self-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam
bentuk pendapatan/uang.
C. Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang TIDAK MENDUKUNG untuk
menumbuhkan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang dimaksud diatas, sehingga
diperlukan lagi Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) yang lain yang kami namakan
Sistem "Pendidikan Bisnis".
III. “PENDIDIKAN BISNIS”
A. "PENDIDIKAN BISNIS" adalah "pendidikan" tentang "akal-sehat/pikiran-jernih" yang
akan membentuk "pola-pikir" dan yang selanjutnya akan menentukan/mempengaruhi
"tindakan/perilaku/perbuatan", sedangkan "akal-sehat/pikiran-jernih" adalah
AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA yang tidak dipengaruhi oleh KEINGINAN, akan
tetapi ditunjang oleh KALBU/HATI-NURANI.
B. "Akal-sehat/pikiran-jernih", "pola-pikir" dan "tindakan/perilaku/perbuatan" BUKAN
merupakan "ilmu pengetahuan atau keterampilan" atau “mata pelajaran” seperti yang
diajarkan dalam Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang (dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi, termasuk kursus/training/workshop), sehingga
"PENDIDIKAN BISNIS" disebut "Pendidikan" (dalam tanda kutip) oleh karena BUKAN
SEKOLAH seperti dalam Sistem Pendidikan Nasional.
C. PEMBICARAAN seseorang adalah merupakan EKSPRESI dari "pola-pikir" dari orang
yang bersangkutan, sehingga termasuk "tindakan/perilaku/perbuatan" dari orang yang
bersangkutan dan atas dasar kaidah tersebut maka:
1. "Pendidikan Bisnis" yang diselenggarakan oleh "M. A. Dani & Assosiates" adalah
berupa PEMBICARAAN DENGAN PESERTA "PENDIDIKAN" dalam pertemuan
mingguan selama 2 jam, dalam rangka untuk menanamkan "pola-pikir" yang akan
merubah "tindakan/perilaku/perbuatan" tentang topik-topik yang berhubungan dengan
"akal-sehat/pikiran-jernih", antara lain kaidah bawa: "Sudut-pandang akan
menentukan pola-pikir, sedangkan pola pikir akan menentukan perilaku" sehingga:
a. Bila seseorang melihat suatu usaha (bisnis) sebagai tempat bekerja maka pola-pikir
orang yang bersangkutan akan menjadi pola-pikir seorang pegawai/profesional
yang terfokus kepada pemikiran tentang "bagaimana mengerjakannya (how to
do)" dan perilaku orang yang bersangkutan akan terpusat pada "mempekerjakan
diri sendiri (self-employed)", sedangkan pemikiran tentang "bagaimana
mengerjakannya (how to do)" lebih banyak didasarkan kepada "keinginan (want)
mengerjakan sesuatu", sehingga sedikit-banyaknya berbeda bagi setiap orang
sesuai pendapat/opini masing-masing (subjektif).
b. Bila seseorang melihat suatu usaha (bisnis) sebagai tempat berlangsungnya
"proses-bisnis" maka pola-pikir orang yang bersangkutan akan menjadi pola-pikir
seorang pengusaha (business-owner) yang terfokus kepada pemikiran tentang
"kegiatan apa yang akan dilakukan (what to do)" dan perilaku orang yang
bersangkutan akan terpusat pada "mempekerjakan orang lain (employment)",
dengan kata lain akan menyediakan lapangan kerja untuk orang lain, sedangkan
pemikiran tentang "kegiatan apa yang akan dilakukan (what to do)" lebih
didasarkan kepada "keperluan (need) melakukan/mengerjakan sesuatu", sehingga
hampir dapat dikatakan sama bagi setiap orang sesuai fakta yang terlihat dari sudut
pandang yang sama (objektif).
c. Setiap orang pada dasarnya berperilaku subjektif, namun bila ingin menjalankan
suatu usaha (bisnis) harus diimbangi dengan perilaku objektif..
2. Waktu yang selebihnya dari 2 jam dalam seminggu tersebut HARUS digunakan sendiri
oleh peserta untuk MELATIH DIRI dalam merubah "tindakan/perilaku/perbuatan",
sehingga hasil yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi dari MELATIH DIRI
tersebut adalah perubahan "tindakan/perilaku/perbuatan" karena perubahan pola-pikir
yang “SELALU MENGARAH KE TUJUAN (OBJEKTIF)" atau yang kami namakan
pola-pikir “ANALITIS-OBJEKTIF”, yaitu pola-pikir tentang hal-hal yang mendasar
sebagai berikut:
a. PERBEDAAN antara TUJUAN dengan KEGUNAAN, yaitu:
(1) TUJUAN (OBJECTIVE) adalah arah yang dijadikan pedoman tentang hasil
yang akan diperoleh dalam melakukan setiap perbuatan/upaya (something
toward which effort is directed).
(2) KEGUNAAN (ADVANTAGE) adalah hasil yang akan diperoleh dalam
melakukan suatu perbuatan berdasarkan kondisi pada saat dan tempat tertentu
(superiority of position or condition).
(3) SEHINGGA dalam bertindak/berperilaku:
(a) MEMEGANG TEGUH PRINSIP bahwa TUJUAN LEBIH PENTING
DARI KEGUNAAN;
(b) HANYA mengambil suatu KEGUNAAN YANG SESUAI DENGAN
TUJUAN.
b. PERBEDAAN antara PENALARAN dengan KEINGINAN, yaitu:
(1) PENALARAN adalah proses “mengerti bahwa mengerti” karena
MENGGUNAKAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, yaitu
AKAL/PIKIRAN/LOGIKA yang ditunjang oleh HATI-NURANI (KALBU).
(2) KEINGINAN adalah proses “tidak mengerti bahwa tidak mengerti” karena
AKAL/PIKIRAN/LOGIKA TELAH DIPENGARUHI oleh rasa
SUKA/TIDAK-SUKA.
(3) SEHINGGA dalam bertindak/berperilaku:
(a) MEMEGANG TEGUH PRINSIP bahwa KEINGINAN BELUM
TENTU SESUAI DENGAN TUJUAN;
(b) HANYA akan memenuhi KEINGINAN BILA BERDASARKAN
PENALARAN TELAH SESUAI DENGAN TUJUAN.
c. PERBEDAAN antara SUBJEKTIF dengan OBJEKTIF, yaitu:
(1) SUBJEKTIF adalah kesimpulan tentang tindakan/perbuatan yang akan
dilakukan berdasarkan pendapat (OPINI) yang timbul dari hal-hal yang
disukai/tidak-disukai dari suatu objek yang sedang diperlakukan.
) Terdaftar di Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, D 1 esain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Rahasia Dagang, DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL,
DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA, No.025380 tanggal 28 Januari
2003, atas nama PT. Tatabisnis Usaha Globalisia
(2) OBJEKTIF adalah kesimpulan tentang tindakan/perbuatan yang akan
dilakukan berdasarkan hubungan logika antara kenyataan (FAKTA) yang
terlihat pada semua objek yang sedang diperlakukan.
(3) SEHINGGA dalam bertindak/berperilaku:
(a) MEMEGANG TEGUH PRINSIP bahwa SETIAP PENDAPAT (OPINI)
BELUM TENTU BENAR, termasuk pendapat (opini) sendiri;
(b) HANYA akan bertindak/berbuat berdasarkan FAKTA.
D. Padanan kata dari “BISNIS” adalah “URUSAN” sehingga “PENDIDIKAN BISNIS” dapat
disebut “PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN”, yaitu mulai dari mengurus diri
sendiri, mengurus rumah-tangga, mengurus usaha/perusahaan sampai mengurus bangsa dan
negara.
IV. TUGAS SEORANG ASSOCIATE
A. Tugas pokok seorang Associate dalam “M. A. Dani & Associates” adalah MENYEBARLUASKAN
SECARA KOMERSIAL “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan
Pendekatan Proses Bisnis”1), sehingga untuk itu seorang Calon Associates:
1. HARUS TERLEBIH DAHULU MENGIKUTI Pendidikan & Pelatihan“Sistematika
Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan Proses Bisnis” agar mempunyai
pemahaman yang sama (close in mind) dan dapat MENGHAYATI
(bertindak/berperilaku berdasarkan) POLA-PIKIR “ANALITIS-OBJEKTIF” yang
terkandung didalamnya.
2. IKUT menjadi fasilitator di tempat penyelenggaraan Pendidikan & Pelatihan
“Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan Proses Bisnis” yang
ada pada setiap hari Sabtu dan Minggu dan menjadi tenaga Konsultan yang
melaksanakan jasa konsultansi “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan
Pendekatan Proses Bisnis” dalam Proyek Konsultansi yang ada, serta untuk itu
MEMPEROLEH kompensasi yang diatur dengan “Merit System” tertentu yang berlaku
di “M. A. Dani & Associates”;
3. HARUS MENGHADIRI “Pertemuan Associates” yang diadakan oleh Direktur “M.
A. Dani & Associates” hari dan tempat tertentu untuk membicarakan segala
permasalahan yang menyangkut teknis penyelenggaraan/pelaksanaan jasa Pendidikan
& Pelatihan dan Konsultansi “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan
Pendekatan Proses Bisnis”;
4. DIKUKUHKAN menjadi Associates dalam suatu “Pertemuan Associates” berdasarkan
penilaian oleh Direktur “M. A. Dani & Associates” setelah mengikuti beberapa kali
“Pertemuan Associates”, dengan menyerahkan LISENSI untuk menyelenggarakan jasa
Pendidikan & Pelatihan dan Konsultansi “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis)
dengan Pendekatan Proses Bisnis” di territori yang akan ditentukan sendiri.
B. Pada gilirannya seorang Associate akan menjadi seorang Pengusaha (Business-Owner), yaitu
mampu MEMBANGUN/MENYUSUN suatu "SISTEM BISNIS" sendiri dan kemudian
menyerahkan kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN
serta TENAGA PROFESIONAL lainnya) yang diperlukan untuk melaksanakannya;
C. Dengan memperoleh LISENSI, maka sambil menjalankan usaha lainnya, seorang Associate
telah dapat MENYELENGGARAKAN/MELAKSANAKAN SENDIRI jasa Pendidikan
& Pelatihan dan Konsultansi“Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan
Proses Bisnis” SECARA KOMERSIAL berdasarkan syarat dan kondisi yang tercantum
dalam LISENSI, antara lain tentang ROYALTY yang harus disetorkan ke Rekening PT.
Tatabisnis Usaha Globalisia.
V. Persyaratan menjadi Calon “Associate” di “M. A. Dani & Associates” adalah:
A. Sehat akal/pikiran, jasmani dan rohani, serta “open minded” (tidak langsung
menyalahkan, tapi menganggap pikiran orang lain MUNGKIN ADA BENARNYA sehingga
dapat diterima);
B. BERMINAT menjadi “Pengusaha”, dengan pengertian:
1. Menjadi Pengusaha berarti memasuki “dunia usaha” yang berbeda dengan “dunia
bekerja”, yaitu bahwa “Alam pemikiran” di “dunia bekerja” lebih terfokus kepada
“cara mengerjakan sesuatu (how to do)” sedangkan “alam pemikiran” di “dunia usaha”
lebih terfokus kepada “apa yang akan dikerjakan (what to do)”.
2. Menjadi Pengusaha bukan untuk bekerja untuk orang lain (sebagai pegawai) atau untuk
mempekerjakan diri sendiri (sebagai profesional) atau hanya menyerahkan modal
kepada orang lain untuk menjalankan usaha (sebagai investor), akan tetapi menjadi
Pengusaha adalah MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA UNTUK ORANG LAIN.
C. TIDAK MINTA DIAJARI tentang segala sesuatu yang menyangkut “usaha yang akan
dijalankan” dan “cara menjalankannya”, dengan pengertian bahwa:
1. Pada dasarnya menjalankan usaha (bisnis) itu “tidak ada sekolahnya”, sehingga dalam
“Pendidikan Bisnis” TIDAK ADA GURU yang akan mengajarkan kepada peserta
tentang “usaha yang akan dijalankan” dan “cara menjalankannya”.
2. “Pendidikan Bisnis” diselenggarakan atas prinsip “ALAM TERKEMBANG JADI
GURU”, sehingga:
a. Peserta TIDAK DIAJARI tapi HARUS MENEMUKAN DAN MEMPELAJARI
SENDIRI “usaha yang akan dijalankan” dan “cara menjalankannya” dari
POTENSI EKONOMI yang terlihat di “alam terkembang” ini.
b. Penyelenggara (fasilitator) hanya memberikan/menanamkan POLA-PIKIR yang
kami namakan POLA-PIKIR ANALITIS-OBJEKTIF yang terkandung dalam
“Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan Proses Bisnis”.
D. KONSEKWEN dengan tujuan menjadi “Pengusaha”, dengan pengertian:
a. Konsekwen untuk TIDAK MENJADI PEGAWAI atau untuk TIDAK MENJADI
PROFESIONAL atau untuk TIDAK HANYA MENJADI INVESTOR;
b. SELALU MENGARAH KE TUJUAN MENJADI “PENGUSAHA” , yaituuntuk
MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA untuk orang lain dalam bentuk “Sistem
Bisnis”.
c. Konsekwen bahwa sebagai Pengusaha TIDAK HARUS BISA PAMER
KEHIDUPAN YANG MEWAH, bahkan ada kemungkinan pada awal
mengembangkan “Sistem Bisnis” belum dapat memperoleh penghasilan sama sekali
dan selanjutnya tetap konsekwen bahwa kalau perlu HIDUP SESEDERHANA
MUNGKIN supaya penghasilan yang telah diperoleh dari “Sistem Bisnis” yang ada
DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI UNTUK MEMBANGUN “SISTEM
BISNIS” YANG LAIN.
E. KONSISTEN dengan pola-pikir “Analitis-Objektif”, yaitu konsisten dengan pola-pikir
yang terkandung dalam “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan
Proses Bisnis” dalam bersikap/berperilaku sehari-hari.
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI dalam upaya menumbuhkan Pengusaha
(Business Owner) di negara ini dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI
PENDIDIKAN BISNIS", silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk
membicarakan kemungkinan dapat bergabung menjadi Associate.
***
M. A. Dani & Associates
(PT. Tatabisnis Usaha Globalisia)
Jasa Konsultansi dan Pendidikan & Pelatihan Manajemen Bisnis (Business Management Consultancy & Education/Training
Services)
Jl. Kp. Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Jakarta Selatan, JAKARTA 12840.
Tel: (021)8303541, E-mail muchtid@cbn.net.id
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN
BISNIS"