Jumat, 24 Agustus 2007

Bangsa ini kekurangan Pengusaha (Business Owner)


Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, sekali lagi kami ingatkan bahwa bangsa ini kekurangan Pengusaha (Business Owner).
Diperlukan kembali sifat KEGOTONG-ROYONGAN bangsa ini untuk MENUMBUHKANNYA.
Pengusaha (Business Owner) yaitu seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja bagi para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Harus SEBANYAK MUNGKIN diantara generasi yang akan datang MENJADI PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).
Bahkan bila seorang Pengusaha (Business Owner) kemudian menjadi Investor maka yang bersangkutan adalah "the real investor".
Jadi bangsa ini tidak hanya kekurangan Pengusaha (Business Owner), akan tetapi juga SANGAT kekurangan Investor.
Oleh karena itu jangan biarkan sampai Investor Asing yang menggarap kekayaan tanah air kita ini, sementara SEMUA anak keturunan kita, generasi penerus, hanya menjadi PEKERJA/PROFESIONAL yang kemudian bekerja untuk kepentingan Investor Asing, atau dengan kata lain (maaf) menjadi "KULI" bangsa asing.
Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang TIDAK MENDUKUNG untuk menumbuhkan Pengusaha (Business Owner) yang dimaksud diatas, sehingga diperlukan lagi Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) yang lain yang kami namakan Sistem "Pendidikan Bisnis".
Disebut Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) oleh karena "Pendidikan Bisnis" BUKAN SEKOLAH seperti dalam Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang.
Berikanlah PILIHAN kepada anak keturunan kita, generasi penerus, untuk mengikuti "Pendidikan Bisnis" yang kami selenggarakan, ketimbang meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan biaya yang tidak sedikit.
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, BERGOTONG-ROYONG dalam upaya menumbuhkan Pengusaha (Business Owner), atau kami sebut juga "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
"Menjalankan usaha (bisnis) TIDAK ADA SEKOLAHNYA", kata para pengusaha pada umumnya.
Suatu kenyataan yang sulit untuk diterima umumnya oleh para pakar pendidikan, apalagi oleh anggota masyarakat pada umumnya.
Bila Anda mengikuti suatu pendidikan (sekolah/kulia/training/workshop) maka Anda akan DIAJARI suatu PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN melalui "proses belajar mengajar" oleh seseorang yang dianggap ahlinya (guru/dosen/pelatih/instruktur).
Selama mengikuti suatu pendidikan Anda harus menerima (PASIF) semua yang diajarkan, untuk kemudian kalau perlu menghafalnya dan terutama menguasainya dengan cara berlatih mengerjakan soal-soal dan "PR".
Konsekwensinya, sadar atau tidak sadar, PIKIRAN/NALAR/LOGIKA menjadi PASIF, artinya harus ada orang lain yang MENGAKTIFKAN, atau situasi yang sedang terjadi (trying situation) MEMAKSA PIKIRAN/NALAR/LOGIKA untuk AKTIF.
Untuk menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang sukses, maka PIKIRAN/NALAR/LOGIKA harus AKTIF.
Dengan demikian untuk MENUMBUHKAN Pengusaha (Business Owner) TIDAK MUNGKIN dilakukan melalui Sistem Pendidikan biasa yang dibuat oleh para pakar pendidikan.
MENUMBUHKAN Pengusaha (Business Owner) HANYA DAPAT dilakukan melalui Sistem Pendidikan yang lain yang kami namakan Sistem "Pendidikan Bisnis".
Sayangnya masyarakat pada umumnya masih tetap mengharapkan "Menjalankan usaha (bisnis) HARUS ADA SEKOLAHNYA".
Masyarakat harus disadarkan bahwa negara ini KEKURANGAN PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) dan bahwa walaupun "menjalankan usaha (bisnis) TIDAK ADA SEKOLAHNYA", akan tetapi kami menyelenggarakan "Pendidikan Bisnis" ("pendidikan" dalam tanda kutip) yang dapat diikuti oleh mereka yang berminat menjadi Pengusaha (Business Owner).
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI dalam upaya menumbuhkan Pengusaha (Business Owner), atau yang kami sebut dengan "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS", baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA (CALON ASSOCIATE), silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Senin, 20 Agustus 2007

FATAMORGANA - TUJUAN YANG MENYESATKAN



TUJUAN (OBJECTIVE) adalah pedoman dalam melakukan suatu upaya/perbuatan (something toward which effort is directed), sehingga dipakai untuk menetapkan atau mengukur PERLUNYA melakukan upaya/perbuatan yang bersangkutan.
"HIDUP BERSENANG-SENANG" adalah TUJUAN YANG MENYESATKAN bila dijadikan pedoman atau arah dalam melakukan suatu perbuatan.
Dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH akan "terlihat" bahwa "HIDUP BERSENANG-SENANG" itu ibarat FATAMORGANA di padang pasir. Dari jauh seperti ada air di suatu tempat. Oleh karena sedang merasa dahaga, tempat itu dituju dengan segala cara dan daya-upaya agar segera sampai disana. Akan tetapi ternyata TIDAK ADA APA-APA selain pasir yang kering, sehingga dahaga bukannya hilang, malah tambah menjadi-jadi karena kelelahan, serta tanpa disadari telah menyimpang dari arah perjalanan yang semula telah ditetapkan.
Demikianlah kalau seseorang telah "berhasil" menumpuk kekayaan dengan segala cara dan daya-upaya dengan TUJUAN "HIDUP BERSENANG-SENANG" , akan menemukan bahwa ternyata TIDAK ADA APA-APA selain "hidup yang rumit" disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan oleh segala cara dan daya-upaya yang telah digunakannya untuk menumpuk kekayaan itu. Tidak heran kalau ada yang terjun dari lantai 30 sebuah hotel mewah untuk mengakhiri "hidup yang rumit" itu.
Oleh karena itu TUJUAN yang akan dijadikan sebagai pedoman atau arah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini HARUS ditetapkan dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, yaitu akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) akan tetapi DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH akan "terlihat" bahwa "HIDUP BERSENANG-SENANG" itu pada hakekatnya TIDAK ADA dalam hidup dan kehidupan ini.
Dengan mengikuti AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, seseorang akan cenderung menggunakan rejeki yang diperoleh secukupnya (TIDAK BERLEBIHAN) dan selebihnya, bila ada, menggunakannya untuk TUJUAN MENJALANKAN USAHA (BISNIS) ketimbang untuk TUJUAN "HIDUP BERSENANG-SENANG".
MENJALANKAN USAHA (BISNIS) adalah pilihan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini bagi setiap orang, sedangkan salah satu PERANAN yang dapat diambil dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS) adalah sebagai PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).
Dengan menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH dalam menetapkan TUJUAN yang TEPAT dan JELAS untuk kemudian digunakan secara KONSISTEN sebagai PEDOMAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS), maka seorang PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) dapat menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunannya tidak lain adalah penciptaan lapangan kerja bagi para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Dengan demikian MENJALANKAN USAHA (BISNIS) yang SUKSES bagi seorang PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) adalah dengan TIDAK menjadikan "FATAMORGANA" sebagai TUJUAN atau PEDOMAN dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS).
Bangsa dan negara ini memerlukan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) sebanyak mungkin.
Menumbuhkan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) seperti yag dimaksud diatas dapat dilakukan secara perlahan-lahan tapi pasti, yaitu dengan "PENDIDIKAN BISNIS".
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".

"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Bencana terbesar yang sedang melanda bangsa dan negara


Bencana terbesar yang sedang dihadapi bangsa dan negara sekarang ini adalah KEHILANGAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN JERNIH.
Disebut sebagai "bencana terbesar" karena telah melanda semua orang, TANPA TERKECUALI. Ada yang menyadarinya, ada yang tidak menyadari sama sekali. Yang tidak menyadari akan berbuat "suka-suka hati", sehingga memilih hanya melakukan perbuatan yang "menyenangkan (entertaining)".
AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH adalah akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) akan tetapi DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Bencana ini tidak terlihat wujudnya seperti berbagai bencana alam yang pernah terjadi, berupa tsunami, gempa, tanah longsor, banjir dan sebagainya, akan tetapi kerusakan yang ditimbulkannya terlihat dimana-mana, bahkan menjadi penyebab terjadinya bencana yang lain.
Suatu bencana alam ada saatnya berhenti untuk sementara atau sampai waktu tertentu, akan tetapi bencana yang satu ini berlangsung terus menerus, seolah-olah tidak akan pernah berhenti.
Seseorang pada saat sekarang ini boleh jadi YAKIN masih mempunyai AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, akan tetapi sebentar lagi, atau nanti, atau besok, ada kemungkinan tanpa disadari akan KEHILANGAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH.
Ciri-ciri KEHILANGAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH pada diri seseorang terlihat pada PERBUATAN yang dilakukannya, antara lain 3 ciri pokok sebagai berikut:
1) Melakukan suatu perbuatan hanya karena INGIN (WANT) melakukannya, tanpa TUJUAN yang jelas.
TUJUAN (OBJECTIVE) adalah pedoman dalam melakukan suatu upaya/perbuatan (something toward which effort is directed), sehingga dapat digunakan untuk menngukur PERLUNYA (NEED) melakukan suatu upaya/perbuatan.
2) Suatu perbuatan dilakukan HANYA karena telah mengetahui KEGUNAAN dari perbuatan yang bersangkutan.
Suatu KEGUNAAN sangat tergantung dari tempat, waktu dan pelakunya.
KEGUNAAN melakukan suatu perbuatan di suatu tempat mungkin tidak berlaku di tempat yang lain.
Suatu perbuatan yang dilakukan di waktu yang lalu mungkin sudah tidak mempunyai KEGUNAAN lagi bila dilakukan sekarang, walaupun di tempat yang sama.
Suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang mungkin tidak mempunyai KEGUNAAN yang sama bila dilakukan oleh orang yang berbeda.
3) Melakukan suatu perbuatan berdasarkan pendapat (opini).
Suatu pendapat (opini) BELUM TENTU BENAR, termasuk pendapat (opini) sendiri, sehingga perlu diperiksa keadaan yang sebenarnya (fakta) dari setiap hal yang disebutkan dalam pendapat (opini) yang bersangkutan.
Memeriksa keadaan yang sebenarnya (fakta) hanya dapat dilakukan bila PENALARAN lebih dominan dari KEINGINAN.
PENALARAN adalah: "mengerti bahwa mengerti", sedangkan KEINGINAN sebaliknya, yaitu: "tidak mengerti bahwa tidak mengerti" (TIDAK MAU MENGERTI).
Walaupun bencana terbesar ini tidak mungkin diatasi secara tuntas, akan tetapi dapat dilakukan secara perlahan-lahan tapi pasti, yaitu dengan "PENDIDIKAN BISNIS".
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

PRESTASI dan INTELIGENSI

Tidak dapat disangkal bahwa bangsa dan negara ini MEMERLUKAN orang-orang yang BERPRESTASI TINGGI, karena dalam diri orang tersebut tersimpan daya seorang PEKERJA yang luar biasa, yang dapat diandalkan untuk membangun bangsa dan negara ini menjadi "lebih baik".
PRESTASI (ACHIEVEMENT) dapat diartikan:1) penyelesaian yang sukses (successful completion); atau 2) hasil dari keteguhan hati, kekerasan hati atau usaha keras (a result brought about by resolve, persistence or endeavour); atau 3) kualitas dan kuantitas kerja siswa/mahasiswa (the quality and quantity of a student's work); atau 4) hasil kerja besar atau heroik (a great or heroic deed).
PRESTASI adalah HASIL KERJA DIRI SENDIRI dari seseorang yang DIAKUI oleh ORANG LAIN, baik secara resmi/tertulis maupun hanya sekedar decak-kagum, sehingga setelah memperoleh suatu PRESTASI orang yang bersangkutan merasa BAHAGIA.
AKAN TETAPI bangsa dan negara ini LEBIH MEMERLUKAN orang-orang yang BERINTELIGENSI TINGGI, karena dalam diri orang yang bersangkutan tersimpan kemampuan MENALAR yang luar biasa, yang dapat diandalkan untuk mengatasi setiap "masalah" yang dihadapi bangsa dan negara ini.
Yang dimaksud dengan INTELIGENSI (INTELLIGENCE) adalah: kemampuan dalam mempelajari atau memahami atau menghadapi situasi yang baru atau yang menyulitkan (the ability to learn or understand or to deal with new or trying situation).
INTELIGENSI adalah KEMAMPUAN DIRI SENDIRI dalam MENALAR atau menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH untuk menemukan MASALAH YANG SEBENARNYA dari setiap masalah yang akan DIATASI, sehingga tidak hanya orang tersebut yang merasa BAHAGIA setelah suatu masalah dapat diatasi, akan tetapi JUGA ORANG LAIN yang ikut terkena atau menanggung akibat dari masalah yang bersangkutan.
AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH adalah akal/pikiran/logika yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (RASA SUKA/TIDAK-SUKA) dan DUTUNJANG oleh HATI-NURANI (KALBU).
Pengakuan PRESTASI diberikan kepada seseorang karena telah DIAJARI dan kemudian telah TERUJI bahwa telah MENGUASAI suatu "Pengetahuan dan/atau Keterampilan".
INTELIGENSI adalah HASIL menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH yang terus-menerus dalam MEMPELAJARI atau memahami atau menghadapi situasi yang baru atau yang menyulitkan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PRESTASI dan INTELIGENSI berdiri sendiri-sendiri, tidak ada hubungan secara logika (logical relationship) satu sama lain. Terbukti bahwa seseorang yang telah memperoleh PRESTASI yang tinggi BELUM TENTU mempunyai INTELIGENSI yang tinggi pula. Bahkan sudah tidak merupakan rahasia umum bahwa ada orang yang berhasil mencapai PRESTASI hanya dengan "akal-akalan" ketimbang menggunakan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH. Sebaliknya seseorang yang mempunyai INTELIGENSI yang tinggi belum tentu mau ikut berpacu mengejar suatu PRESTASI, kecuali bila orang tersebut dengan AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH telah dapat "melihat" dengan jelas bahwa perbuatan tersebut mengarah ke TUJUAN tertentu yang telah ditetapkannya.
PADA KENYATAANNYA dapat dikatakan bahwa Sistem Pendidikan yang "konvensional" atau yang dinamakan "Sistem Pendidikan Nasional" yang berjalan sampai sekarang, baik di negara kita maupun di negara-negara lain, HANYA MEMACU anak-didik/siswa/mahasiswa untuk BERPRESTASI, yaitu untuk mendapatkan nilai ujian atau nilai rapor atau indeks-prestasi (IP) yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain Sistem Pendidikan yang "konvensional" cenderung hanya akan menghasilkan PEKERJA (PROFESIONAL), sedangkan seorang PEKERJA (PROFESIONAL) cenderung akan bersifat PASIF, yaitu hanya menunggu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai profesinya setelah PEKERJAAN yang bersangkutan ADA.
HARUS ada orang lain yang mempunyai INTELIGENSI yang tinggi, untuk selalu AKTIF mempelajari "masalah" yang dihadapi bangsa dan negara ini sampai ditemukan MASALAH YANG SEBENARNYA yang terjadi, sehingga kemudian dapat menentukan TINDAKAN/PERBUATAN/PEKERJAAN yang perlu dilakukan oleh para PEKERJA (PROFESIONAL) dalam rangka untuk MENGATASI masalah yang bersangkuitan. Dengan kata lain seseorang yang mempunyai INTELIGENSI yang tinggi cenderung MENGADAKAN/MENCIPTAKAN PEKERJAAN untuk para PEKERJA (PROFESIONAL).
Dalam "menyusun suatu sistem" ada kaidah yang harus diikuti agar sistem yang bersangkutan dapat berjalan dengan baik, yaitu bahwa beberapa fungsi yang berdiri sendiri-sendiri TIDAK MUNGKIN dapat disertakan secara bersama-sama dalam satu sistem.
Dengan demikian dapat dimaklumi bila para pakar pendidikan menemui KESULITAN dalam upaya MENYATUKAN "fungsi meningkatkan PRESTASI" dan "fungsi meningkatkan INTELIGENSI" dalam "Sistem Pendidikan Nasional" yang berjalan sampai sekarang ini. Bila tetap dipaksanakan PASTI tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Oleh karena itu diperlukan Sistem "Pendidikan" yang lain disamping Sistem Pendidikan "konvensional", yang dinamakan SISTEM "PENDIDIKAN BISNIS". Disebut sebagai "pendidikan" (DALAM TANDA KUTIP) oleh karena SAMA SEKALI tidak menyangkut PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN seperti dalam Sistem Pendidikan "konvensional", sehingga TIDAK ADA PERSAMAANNYA dengan SEKOLAH/KURSUS/TRAINING "konvensional" yang telah ada selama ini.
Padanan kata "BISNIS" adalah "URUSAN", sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" juga dapat diartikan "PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN", mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.
Bila ada yang tertarik dengan "Pendidikan Bisnis" yang dimaksud, hubungilah kami atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih jauh dan/atau kemungkinan dapat bergabung sebagai Associate untuk ikut BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS".
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Rabu, 08 Agustus 2007

Belajar Biz sambil berbisnis

Menjadi Associate di “M. A. Dani & Associates”
(PT. Tatabisnis Usaha Globalisia)
I. “M. A. Dani & Associates”
A. “M. A. Dani & Associates” adalah sekelompok anggota masyarakat yang independen (nonpolitik)
yang melakukan kegiatan untuk BERBUAT NYATA dalam rangka PERBAIKAN
“NASIB BANGSA” MELALUI “PENDIDIKAN BISNIS”.
B. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara legal, kelompok ini bernaung dibawah badan
hukum berbentuk Perseroan Terbatas dengan nama “PT. Tatabisnis Usaha Globalisia”.
II. PERBAIKAN “NASIB BANGSA”
A. Perbaikan “nasib bangsa” adalah perbaikan untuk menjadikan “kehidupan berbangsa dan
bernegara” pada hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari
ini, sedangkan yang digunakan sebagai ukuran “lebih baik” adalah “kondisi perekonomian”
tanpa mengabaikan hal lainnya yang dapat dan perlu digunakan sebagai “ukuran”.
B. TULANG PUNGGUNG PEREKONOMIAN setiap negara pada kenyataannya adalah
“PENGUSAHA (BUSINESS OWNER)” yang membangun/menyusun suatu "SISTEM
BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian
menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang
MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakannya, dengan pengertian:
1. "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK
USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang
atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2. Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam
suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga penyusunan suatu "SISTEM BISNIS"
tidak lain adalah PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA bagi para TENAGA
PROFESIONAL dan kemudian TENAGA PROFESIONAL yang akan menentukan
CARA MELAKSANAKAN (how to do) KEGIATAN yang bersangkutan yang sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
3. Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan
menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri
(self-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam
bentuk pendapatan/uang.
C. Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang TIDAK MENDUKUNG untuk
menumbuhkan PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang dimaksud diatas, sehingga
diperlukan lagi Sistem "Pendidikan" (dalam tanda kutip) yang lain yang kami namakan
Sistem "Pendidikan Bisnis".
III. “PENDIDIKAN BISNIS”
A. "PENDIDIKAN BISNIS" adalah "pendidikan" tentang "akal-sehat/pikiran-jernih" yang
akan membentuk "pola-pikir" dan yang selanjutnya akan menentukan/mempengaruhi
"tindakan/perilaku/perbuatan", sedangkan "akal-sehat/pikiran-jernih" adalah
AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA yang tidak dipengaruhi oleh KEINGINAN, akan
tetapi ditunjang oleh KALBU/HATI-NURANI.
B. "Akal-sehat/pikiran-jernih", "pola-pikir" dan "tindakan/perilaku/perbuatan" BUKAN
merupakan "ilmu pengetahuan atau keterampilan" atau “mata pelajaran” seperti yang
diajarkan dalam Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan sampai sekarang (dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi, termasuk kursus/training/workshop), sehingga
"PENDIDIKAN BISNIS" disebut "Pendidikan" (dalam tanda kutip) oleh karena BUKAN
SEKOLAH seperti dalam Sistem Pendidikan Nasional.
C. PEMBICARAAN seseorang adalah merupakan EKSPRESI dari "pola-pikir" dari orang
yang bersangkutan, sehingga termasuk "tindakan/perilaku/perbuatan" dari orang yang
bersangkutan dan atas dasar kaidah tersebut maka:
1. "Pendidikan Bisnis" yang diselenggarakan oleh "M. A. Dani & Assosiates" adalah
berupa PEMBICARAAN DENGAN PESERTA "PENDIDIKAN" dalam pertemuan
mingguan selama 2 jam, dalam rangka untuk menanamkan "pola-pikir" yang akan
merubah "tindakan/perilaku/perbuatan" tentang topik-topik yang berhubungan dengan
"akal-sehat/pikiran-jernih", antara lain kaidah bawa: "Sudut-pandang akan
menentukan pola-pikir, sedangkan pola pikir akan menentukan perilaku" sehingga:
a. Bila seseorang melihat suatu usaha (bisnis) sebagai tempat bekerja maka pola-pikir
orang yang bersangkutan akan menjadi pola-pikir seorang pegawai/profesional
yang terfokus kepada pemikiran tentang "bagaimana mengerjakannya (how to
do)" dan perilaku orang yang bersangkutan akan terpusat pada "mempekerjakan
diri sendiri (self-employed)", sedangkan pemikiran tentang "bagaimana
mengerjakannya (how to do)" lebih banyak didasarkan kepada "keinginan (want)
mengerjakan sesuatu", sehingga sedikit-banyaknya berbeda bagi setiap orang
sesuai pendapat/opini masing-masing (subjektif).
b. Bila seseorang melihat suatu usaha (bisnis) sebagai tempat berlangsungnya
"proses-bisnis" maka pola-pikir orang yang bersangkutan akan menjadi pola-pikir
seorang pengusaha (business-owner) yang terfokus kepada pemikiran tentang
"kegiatan apa yang akan dilakukan (what to do)" dan perilaku orang yang
bersangkutan akan terpusat pada "mempekerjakan orang lain (employment)",
dengan kata lain akan menyediakan lapangan kerja untuk orang lain, sedangkan
pemikiran tentang "kegiatan apa yang akan dilakukan (what to do)" lebih
didasarkan kepada "keperluan (need) melakukan/mengerjakan sesuatu", sehingga
hampir dapat dikatakan sama bagi setiap orang sesuai fakta yang terlihat dari sudut
pandang yang sama (objektif).
c. Setiap orang pada dasarnya berperilaku subjektif, namun bila ingin menjalankan
suatu usaha (bisnis) harus diimbangi dengan perilaku objektif..
2. Waktu yang selebihnya dari 2 jam dalam seminggu tersebut HARUS digunakan sendiri
oleh peserta untuk MELATIH DIRI dalam merubah "tindakan/perilaku/perbuatan",
sehingga hasil yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi dari MELATIH DIRI
tersebut adalah perubahan "tindakan/perilaku/perbuatan" karena perubahan pola-pikir
yang “SELALU MENGARAH KE TUJUAN (OBJEKTIF)" atau yang kami namakan
pola-pikir “ANALITIS-OBJEKTIF”, yaitu pola-pikir tentang hal-hal yang mendasar
sebagai berikut:
a. PERBEDAAN antara TUJUAN dengan KEGUNAAN, yaitu:
(1) TUJUAN (OBJECTIVE) adalah arah yang dijadikan pedoman tentang hasil
yang akan diperoleh dalam melakukan setiap perbuatan/upaya (something
toward which effort is directed).
(2) KEGUNAAN (ADVANTAGE) adalah hasil yang akan diperoleh dalam
melakukan suatu perbuatan berdasarkan kondisi pada saat dan tempat tertentu
(superiority of position or condition).
(3) SEHINGGA dalam bertindak/berperilaku:
(a) MEMEGANG TEGUH PRINSIP bahwa TUJUAN LEBIH PENTING
DARI KEGUNAAN;
(b) HANYA mengambil suatu KEGUNAAN YANG SESUAI DENGAN
TUJUAN.
b. PERBEDAAN antara PENALARAN dengan KEINGINAN, yaitu:
(1) PENALARAN adalah proses “mengerti bahwa mengerti” karena
MENGGUNAKAN AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH, yaitu
AKAL/PIKIRAN/LOGIKA yang ditunjang oleh HATI-NURANI (KALBU).
(2) KEINGINAN adalah proses “tidak mengerti bahwa tidak mengerti” karena
AKAL/PIKIRAN/LOGIKA TELAH DIPENGARUHI oleh rasa
SUKA/TIDAK-SUKA.
(3) SEHINGGA dalam bertindak/berperilaku:
(a) MEMEGANG TEGUH PRINSIP bahwa KEINGINAN BELUM
TENTU SESUAI DENGAN TUJUAN;
(b) HANYA akan memenuhi KEINGINAN BILA BERDASARKAN
PENALARAN TELAH SESUAI DENGAN TUJUAN.
c. PERBEDAAN antara SUBJEKTIF dengan OBJEKTIF, yaitu:
(1) SUBJEKTIF adalah kesimpulan tentang tindakan/perbuatan yang akan
dilakukan berdasarkan pendapat (OPINI) yang timbul dari hal-hal yang
disukai/tidak-disukai dari suatu objek yang sedang diperlakukan.
) Terdaftar di Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, D 1 esain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Rahasia Dagang, DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL,
DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA, No.025380 tanggal 28 Januari
2003, atas nama PT. Tatabisnis Usaha Globalisia
(2) OBJEKTIF adalah kesimpulan tentang tindakan/perbuatan yang akan
dilakukan berdasarkan hubungan logika antara kenyataan (FAKTA) yang
terlihat pada semua objek yang sedang diperlakukan.
(3) SEHINGGA dalam bertindak/berperilaku:
(a) MEMEGANG TEGUH PRINSIP bahwa SETIAP PENDAPAT (OPINI)
BELUM TENTU BENAR, termasuk pendapat (opini) sendiri;
(b) HANYA akan bertindak/berbuat berdasarkan FAKTA.
D. Padanan kata dari “BISNIS” adalah “URUSAN” sehingga “PENDIDIKAN BISNIS” dapat
disebut “PENDIDIKAN UNTUK SEGALA URUSAN”, yaitu mulai dari mengurus diri
sendiri, mengurus rumah-tangga, mengurus usaha/perusahaan sampai mengurus bangsa dan
negara.
IV. TUGAS SEORANG ASSOCIATE
A. Tugas pokok seorang Associate dalam “M. A. Dani & Associates” adalah MENYEBARLUASKAN
SECARA KOMERSIAL “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan
Pendekatan Proses Bisnis”1), sehingga untuk itu seorang Calon Associates:
1. HARUS TERLEBIH DAHULU MENGIKUTI Pendidikan & Pelatihan“Sistematika
Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan Proses Bisnis” agar mempunyai
pemahaman yang sama (close in mind) dan dapat MENGHAYATI
(bertindak/berperilaku berdasarkan) POLA-PIKIR “ANALITIS-OBJEKTIF” yang
terkandung didalamnya.
2. IKUT menjadi fasilitator di tempat penyelenggaraan Pendidikan & Pelatihan
“Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan Proses Bisnis” yang
ada pada setiap hari Sabtu dan Minggu dan menjadi tenaga Konsultan yang
melaksanakan jasa konsultansi “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan
Pendekatan Proses Bisnis” dalam Proyek Konsultansi yang ada, serta untuk itu
MEMPEROLEH kompensasi yang diatur dengan “Merit System” tertentu yang berlaku
di “M. A. Dani & Associates”;
3. HARUS MENGHADIRI “Pertemuan Associates” yang diadakan oleh Direktur “M.
A. Dani & Associates” hari dan tempat tertentu untuk membicarakan segala
permasalahan yang menyangkut teknis penyelenggaraan/pelaksanaan jasa Pendidikan
& Pelatihan dan Konsultansi “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan
Pendekatan Proses Bisnis”;
4. DIKUKUHKAN menjadi Associates dalam suatu “Pertemuan Associates” berdasarkan
penilaian oleh Direktur “M. A. Dani & Associates” setelah mengikuti beberapa kali
“Pertemuan Associates”, dengan menyerahkan LISENSI untuk menyelenggarakan jasa
Pendidikan & Pelatihan dan Konsultansi “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis)
dengan Pendekatan Proses Bisnis” di territori yang akan ditentukan sendiri.
B. Pada gilirannya seorang Associate akan menjadi seorang Pengusaha (Business-Owner), yaitu
mampu MEMBANGUN/MENYUSUN suatu "SISTEM BISNIS" sendiri dan kemudian
menyerahkan kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN
serta TENAGA PROFESIONAL lainnya) yang diperlukan untuk melaksanakannya;
C. Dengan memperoleh LISENSI, maka sambil menjalankan usaha lainnya, seorang Associate
telah dapat MENYELENGGARAKAN/MELAKSANAKAN SENDIRI jasa Pendidikan
& Pelatihan dan Konsultansi“Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan
Proses Bisnis” SECARA KOMERSIAL berdasarkan syarat dan kondisi yang tercantum
dalam LISENSI, antara lain tentang ROYALTY yang harus disetorkan ke Rekening PT.
Tatabisnis Usaha Globalisia.
V. Persyaratan menjadi Calon “Associate” di “M. A. Dani & Associates” adalah:
A. Sehat akal/pikiran, jasmani dan rohani, serta “open minded” (tidak langsung
menyalahkan, tapi menganggap pikiran orang lain MUNGKIN ADA BENARNYA sehingga
dapat diterima);
B. BERMINAT menjadi “Pengusaha”, dengan pengertian:
1. Menjadi Pengusaha berarti memasuki “dunia usaha” yang berbeda dengan “dunia
bekerja”, yaitu bahwa “Alam pemikiran” di “dunia bekerja” lebih terfokus kepada
“cara mengerjakan sesuatu (how to do)” sedangkan “alam pemikiran” di “dunia usaha”
lebih terfokus kepada “apa yang akan dikerjakan (what to do)”.
2. Menjadi Pengusaha bukan untuk bekerja untuk orang lain (sebagai pegawai) atau untuk
mempekerjakan diri sendiri (sebagai profesional) atau hanya menyerahkan modal
kepada orang lain untuk menjalankan usaha (sebagai investor), akan tetapi menjadi
Pengusaha adalah MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA UNTUK ORANG LAIN.
C. TIDAK MINTA DIAJARI tentang segala sesuatu yang menyangkut “usaha yang akan
dijalankan” dan “cara menjalankannya”, dengan pengertian bahwa:
1. Pada dasarnya menjalankan usaha (bisnis) itu “tidak ada sekolahnya”, sehingga dalam
“Pendidikan Bisnis” TIDAK ADA GURU yang akan mengajarkan kepada peserta
tentang “usaha yang akan dijalankan” dan “cara menjalankannya”.
2. “Pendidikan Bisnis” diselenggarakan atas prinsip “ALAM TERKEMBANG JADI
GURU”, sehingga:
a. Peserta TIDAK DIAJARI tapi HARUS MENEMUKAN DAN MEMPELAJARI
SENDIRI “usaha yang akan dijalankan” dan “cara menjalankannya” dari
POTENSI EKONOMI yang terlihat di “alam terkembang” ini.
b. Penyelenggara (fasilitator) hanya memberikan/menanamkan POLA-PIKIR yang
kami namakan POLA-PIKIR ANALITIS-OBJEKTIF yang terkandung dalam
“Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan Proses Bisnis”.
D. KONSEKWEN dengan tujuan menjadi “Pengusaha”, dengan pengertian:
a. Konsekwen untuk TIDAK MENJADI PEGAWAI atau untuk TIDAK MENJADI
PROFESIONAL atau untuk TIDAK HANYA MENJADI INVESTOR;
b. SELALU MENGARAH KE TUJUAN MENJADI “PENGUSAHA” , yaituuntuk
MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA untuk orang lain dalam bentuk “Sistem
Bisnis”.
c. Konsekwen bahwa sebagai Pengusaha TIDAK HARUS BISA PAMER
KEHIDUPAN YANG MEWAH, bahkan ada kemungkinan pada awal
mengembangkan “Sistem Bisnis” belum dapat memperoleh penghasilan sama sekali
dan selanjutnya tetap konsekwen bahwa kalau perlu HIDUP SESEDERHANA
MUNGKIN supaya penghasilan yang telah diperoleh dari “Sistem Bisnis” yang ada
DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI UNTUK MEMBANGUN “SISTEM
BISNIS” YANG LAIN.
E. KONSISTEN dengan pola-pikir “Analitis-Objektif”, yaitu konsisten dengan pola-pikir
yang terkandung dalam “Sistematika Menjalankan Usaha (Bisnis) dengan Pendekatan
Proses Bisnis” dalam bersikap/berperilaku sehari-hari.
Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI dalam upaya menumbuhkan Pengusaha
(Business Owner) di negara ini dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI
PENDIDIKAN BISNIS", silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk
membicarakan kemungkinan dapat bergabung menjadi Associate.
***
M. A. Dani & Associates
(PT. Tatabisnis Usaha Globalisia)
Jasa Konsultansi dan Pendidikan & Pelatihan Manajemen Bisnis (Business Management Consultancy & Education/Training
Services)
Jl. Kp. Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Jakarta Selatan, JAKARTA 12840.
Tel: (021)8303541, E-mail muchtid@cbn.net.id
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN
BISNIS"

Pribadi To Do, To Have, atau To Be?

Pribadi To Do, To Have, atau To Be?

"Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita
dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain."
(Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus
bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat
masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada
saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat
mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu
melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang
bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan
kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak
menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan.
Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu
tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan
di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus
mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga
menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat
dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi,
ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari
perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia
mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah
sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa.
Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi
bidang keuangan dan marketing pernah berujar, "Banyak orang
mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah
bisnis." Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya
sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-
apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan.
Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan
harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati
kehidupan.
Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan
dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi
hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-
sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa
kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah
orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering
membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan,
keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa
kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki.
Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi
pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran
di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang
memburuk. "Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang
betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa
bercerita tentang kesepian batin saya...," katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya.
Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita
haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan
mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri
untuk menjadi pribadi yang semakin baik.
Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa
kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki
semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka
banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup

Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga
seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa
untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati
pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna.
Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita
miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan
bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success
to Significant mengatakan "Pertanyaan terpenting yang harus diajukan
bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?"

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini.
Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih
memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi
kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi
bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih
matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

Sumber: Pribadi To Do, To Have, atau To Be? oleh Anthony Dio Martin

Jumat, 03 Agustus 2007

Solusi Bisnis? Andalah yang paling mengetahui masalah bisnis Anda sendiri!

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bila seseorang mengalami masalah dan kemudian menanyakan kepada orang lain yang dianggap "AHLINYA" tentang cara mengatasinya, jalan keluarnya atau solusinya, maka pada dasarnya adalah karena orang tersebut tidak mengetahui MASALAH YANG SEBENARNYA yang sedang dialami/dihadapinya.
Bila orang yang mengalami masalah itu sendiri tidak mengetahui MASALAH YANG SEBENARNYA, apalagi orang lain?
Pada umumnya setiap orang menamakan "masalah" bila ada atau terjadi sesuatu yang "tidak disukai", atau bila tidak ada atau tidak terjadi sesuatu yang "disukai".
Sedangkan rasa "suka" atau "tidak-suka" adalah "manusiawi", sehingga dengan demikian pada hakekatnya setiap orang akan mengalami berbagai masalah dalam hidup dan kehidupan ini, termasuk masalah dalam menjalankan usaha (bisnis).
Bila Anda mencoba mengatasi semua masalah yang Anda anggap "masalah" tersebut, maka Anda akan "TIDAK MENGETAHUI MASALAH YANG SEBENARNYA" yang sedang Anda hadapi, sehingga masalah yang sebenarnya TETAP ADA, bahkan yang BUKAN MASALAH dianggap "masalah". Tidak heran kalau Anda kemudian berharap dan yakin bahwa pasti ada "ahlinya" yang akan menunjukkan cara mengatasinya, jalan keluarnya atau solusinya.
Akan tetapi bila Anda "menyaring" terlebih dahulu semua masalah yang Anda anggap "masalah" tersebut, maka Anda akan menemukan MASALAH YANG SEBENARNYA yang sedang Anda alami dan BESAR KEMUNGKINAN Anda akan dapat mengatasinya dengan MUDAH.
Sesuatu yang Anda "sukai" atau "tidak sukai" itu PASTI menyangkut sesuatu "yang diperlakukan" yang disebut OBJEK.
Anda dapat menyaring "masalah" bila Anda mau, yaitu dengan melihat OBJEK yang bersangkutan dari SUDUT PANDANG yang terbaik menurut HATI-NURANI Anda.
"Boleh jadi sesuatu yang tidak kamu sukai adalah baik untuk kamu dan boleh jadi sesuatu yang kamu sukai buruk untuk kamu" (Quran: Albaqarah 216).
Dari SUDUT PANDANG tersebut akan dapat Anda ketahui kondisi yang "ideal" yang seharusnya terjadi pada OBJEK yang bersangkutan.
Kondisi yang "ideal" tersebut adalah TUJUAN (OBJECTIVE) yang Anda perlukan sebagai "pedoman" dalam menentukan setiap perbuatan yang akan Anda lakukan dalam rangka upaya untuk mengatasi "masalah" (something toward which effort is directed).
TUJUAN tersebutlah yang kemudian Anda gunakan sebagai "kriteria" untuk "menyaring" terlebih dahulu "masalah" yang akan Anda atasi, yaitu HANYA "masalah" yang menyangkut OBJEK yang ADA HUBUNGANNYA dengan TUJUAN.
Anda akan menemukan beberapa OBJEK yang ADA HUBUNGANNYA dengan TUJUAN yang telah Anda tetapkan. Dengan mencari HUBUNGAN LOGIKA diantara OBJEK-OBJEK tersebut, maka Anda akan menemukan dan menyimpulkan MASALAH YANG SEBENARNYA yang sedang Anda hadapi.
Pola-pikir yang demikian ini kami namakan pola-pikir "ANALITIS-OBJEKTIF".

PRINSIP dalam pola-pikir ini adalah bahwa "TIDAK ADA ORANG YANG LEBIH MENGETAHUI MASALAH YANG SEBENARNYA SELAIN ORANG YANG MENGALAMI MASALAH ITU SENDIRI".
Tidak terkecuali dalam MENJALANKAN USAHA (BISNIS): TIDAK ADA ORANG YANG LEBIH MENGETAHUI MASALAH YANG SEBENARNYA SELAIN ORANG YANG MENJALANKAN USAHA (BISNIS) ITU SENDIRI.
MASALAH YANG SEBENARNYA dalam hidup dan kehidupan ini adalah bahwa Anda "TIDAK MENGETAHUI MASALAH YANG SEBENARNYA" yang sedang Anda hadapi. Janganlah Anda sampai terperosok ke dalamnya . . . .!
Bila Anda ingin lebih mendalami pola-pikir ini hubungilah kami, atau sebaiknya datanglah ke alamat kami untuk membicarakannya lebih lanjut.

Wassalam,
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Mempersoalkan = menyalahkan ?

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Mempersoalkan = menyalahkan ?
Gunakanlah "akal-sehat/pikiran-jernih" Anda sebelum menjawab pertanyaan ini, bahkan SETELAH membaca e-mail ini. Sesuatu yang dipersoalkan BELUM TENTU salah, karena sangat tergantung kepada orang yang mempersoalkannya (subjektif).
Bila seseorang SUKA kepada objek yang dipersoalkan, maka orang tersebut akan mengatakan bahwa orang lain yang mempersoalkannya seolah-olah MENYALAHKAN setiap orang yang menyukai objek tersebut. Sebaliknya bila seseorang TIDAK SUKA kepada objek yang dipersoalkan, maka orang tersebut akan mendukung bila ada orang lain yang mempersoalkannya.
Akan tetapi bila seseorang MEMANDANG PERLU untuk mempersolahkan suatu objek, terlepas dari apakah orang tersebut menyukai atau tidak menyukai objek yang bersangkutan, PASTI karena telah melihat dengan "akal-sehat/pikiran-jernih" bahwa objek yang bersangkutan akan menyebabkan "hari ini TIDAK AKAN lebih baik dari kemarin dan hari esok TIDAK AKAN lebih baik dari hari ini" dalam hidup dan kehidupan ini.
Sekarang saya akan mencoba MEMPERSOALKAN tentang "BERTANYALAH KEPADA AHLINYA KALAU ADA MASALAH".
Bila Anda lebih menyukai "BERTANYALAH KEPADA AHLINYA KALAU ADA MASALAH", maka Anda PASTI menganggap bahwa saya telah MENYALAHKAN Anda, atau menganggap Anda SALAH.
Saya MEMPERSOALKAN prinsip "BERTANYALAH KEPADA AHLINYA KALAU ADA MASALAH", karena PADA DASARNYA TIDAK ADA ORANG LAIN YANG LEBIH MENGETAHUI TENTANG SUATU MASALAH DIBANDINGKAN DENGAN ORANG YANG MENGHADAPI MASALAH ITU SENDIRI. Oleh karena itu TIDAK MASUK AKAL kalau ada ORANG LAIN YANG LEBIH MENGETAHUI TENTANG SUATU MASALAH DIBANDINGKAN DENGAN ORANG YANG MENGHADAPI MASALAH ITU SENDIRI, yang kemudian dianggap "AHLINYA".
Saya menyadari bahwa banyak hal YANG TIDAK MASUK AKAL, akan tetapi ternyata TIDAK merupakan MASALAH dalam hidup dan kehidupan ini. Akan tetapi saya juga memandang PERLU untuk MEMPERSOALKAN SESUATU YANG TIDAK MASUK AKAL, bila saya melihatnya akan MENIMBULKAN MASALAH, sebagai tanda bahwa saya MENGGUNAKAN "akal-sehat/pikiran-jernih" yang telah dikaruniakanNYA kepada saya.
Ketahuilah bahwa bila Anda sampai bertanya kepada orang lain tentang CARA (SOLUSI) UNTUK MENGATASI SUATU MASALAH, pada hakekatnya adalah karena Anda "TIDAK MENGETAHUI MASALAH YANG SEBENARNYA" yang sedang Anda hadapi. Ada kemungkinan sesuatu yang ada dalam pikiran Anda sebenarnya BUKAN masalah, bahkan ada kemungkinan masalah yang sebenarnya adalah sesuatu yang TIDAK/BELUM ADA DALAM PIKIRAN Anda.
"Pendidikan Bisnis" yang saya selenggarakan adalah "pendidikan" (dalam tanda kutip) untuk mengaktifkan "akal-sehat/pikiran-jernih" Anda dengan MEMBICARAKANNYA dalam pertemuan reguler sekali seminggu @ 2jam, sehingga terbentuk POLA-PIKIR untuk "MENGETAHUI MASALAH YANG SEBENARNYA" yang sedang Anda hadapi, sebelum Anda melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
"Akal-sehat/pikiran-jernih" adalah akal yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN (rasa SUKA/TIDAK-SUKA), akan tetapi DITUNJANG oleh KALBU (HATI-NURANI), terutama untuk menentukan TUJUAN yang akan dijadikan pedoman dalam setiap melakukan sesuatu. Dengan POLA-PIKIR yang SELALU MENGARAH KE TUJUAN, maka Anda akan mempunyai suatu PEDOMAN untuk mengetahui/menemukan MASALAH YANG SEBENARNYA dan demikian juga CARA (SOLUSI) UNTUK MENGATASINYA.
Saya sebut sebagai "pendidikan" (dalam tanda kutip) oleh karena TIDAK ADA PERSAMAANNYA dengan SEKOLAH/KURSUS, karena SAMA SEKALI tidak menyangkut PENGETAHUAN dan/atau KETERAMPILAN.
Bagi Anda tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
Wassalam,
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Bila seorang Pekerja/Profesional memasuki "dunia usaha"

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bila seorang Pekerja/Profesional memasuki "dunia usaha", akan tetapi masih tetap dengan "pola-pikir Pekerja/Profesional" tanpa merubahnya menjadi "pola-pikir Pengusaha", maka dia akan TETAP bermaksud untuk BEKERJA di "dunia usaha" yang akan dimasukinya, sehingga:
1) Dia akan menjalan usaha yang sesuai dengan bidang pekerjaan (profesi) yang dipunyai/dikuasainya (dokter, pengacara, pedagang dan lain-lain);
2) HARUS sudah tersedia dana yang dinamakannya MODAL untuk membayar biaya-biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan;
3) HARUS sudah tersedia TEMPAT dan segala PERALATAN yang diperlukan untuk BEKERJA;
4) HARUS sudah tersedia orang-orang yang akan MEMBANTU dia bekerja, yang dinamakannya PEGAWAI.
Bila seorang Pekerja/Profesional bermaksud akan memasuki "dunia usaha" dengan menjadi "Pengusaha (Business-owner)", maka dia harus meninggalkan "pola-pikir Pekerja/Profesional" yang ada dalam "alam-pemikiran"nya dan untuk selanjutnya menggunakan "pola-pikir Pengusaha".
Pengusaha (Business Owner) yaitu seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya dan kemudian menyerahkannya kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) serta TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan untuk melaksanakannya, dengan pengertian:
1) "POTENSI EKONOMI' adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK", sedangkan "PRODUK" adalah barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf kehidupan bagi pemakainya.
2) Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (what to do) dalam suatu "Proses Bisnis" yang terpadu, sehingga menyusun suatu "SISTEM BISNIS" tidak lain adalah menciptakan lapangan kerja untuk para TENAGA PROFESIONAL yang kemudian akan menentukan cara melaksanakannya (how to do).
3) Seseorang BELUM dapat disebut PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), bila:
a. belum menemukan POTENSI EKONOMI yang akan dijadikan OBJEK USAHA;
b. belum berhasil menyusun "SISTEM BISNIS";
c. belum menemukan EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL) yang akan menjalankan "SISTEM BISNIS", sehingga masih mempekerjakan diri sendiri (seff-employed);
d. "SISTEM BISNIS" yang dibangun/disusunnya belum menghasilkan REJEKI dalam bentuk pendapatan/uang.
Kami berdedikasi untuk MENUMBUHKAN "Pengusaha (Business-owner)" SEBANYAK MUNGKIN, yang SANGAT DIPERLUKAN oleh bangsa dan negara ini, dengan menyelenggarakan "Pendidikan Bisnis".
Bila Anda adalah seorang Pekerja/Profesional, yang oleh karena sesuatu hal, bermaksud akan memasuki "dunia usaha" dengan menjadi "Pengusaha (Business-owner)", hubungilah kami, atau sebaiknya datanglah ke alamat kami, untuk membicarakan kemungkinan kami dapat menyelenggarakan "Pendidikan Bisnis" untuk Anda.
"M. A. Dani & Associates"

Wassalam,
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541

Kamis, 02 Agustus 2007

KALBU/HATI-NURANI. PENGUSAHA

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Bila Anda BISA berbuat sesuatu, belum tentu Anda MAU melakukannya. Sebaliknya bila Anda MAU berbuat sesuatu, belum tentu Anda BISA melakukannya, akan tetapi mungkin Anda bisa menyerahkan kepada orang lain yang MAU dan BISA melakukannya untuk Anda. Anda akan MAU atau TIDAK-MAU berbuat sesuatu tergantung dari rasa SUKA atau TIDAK-SUKA yang timbul dalam diri Anda, yang selanjutnya akan menimbulkan KEINGINAN untuk melakukannya atau tidak-melakukannya. Akan menjadi masalah bagi Anda bila ada suatu PERBUATAN yang menurut "akal-sehat/pikiran-jernih" PERLU DILAKUKAN, akan tetapi ternyata Anda TIDAK-SUKA melakukannya.
Dalam hal ini TIDAK ADA ORANG LAIN yang dapat menolong Anda, kecuali Anda sendiri, yaitu dengan MENGHIDUPKAN "akal-sehat/pikiran-jernih" dalam diri Anda.

"Akal-sehat/pikiran-jernih" adalah AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA yang tidak dipengaruhi oleh KEINGINAN, akan tetapi yang ditunjang oleh KALBU/HATI-NURANI.
"PENDIDIKAN BISNIS" adalah "pendidikan" tentang "akal-sehat/pikiran-jernih" yang akan membentuk "pola-pikir" yang selanjutnya akan menentukan "tindakan/perilaku/perbuatan". Sedangkan "akal-sehat/pikiran-jernih", "pola-pikir" dan "tindakan/perilaku/perbuatan" BUKAN merupakan "ilmu pengetahuan atau keterampilan" seperti yang didapatkan di SEKOLAH (sekolah dasar sampai perguruan tinggi dalam Sistem Pendidikan Nasional, termasuk kursus/training/workshop), sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" adalah "pendidikan" dalam "tanda kutip", BUKAN SEKOLAH. "Tindakan/perilaku/perbuatan" seseorang merupakan ekspresi dari "pola-pikir" dari orang yang bersangkutan, sedangkan PEMBICARAAN adalah juga merupakan atau termasuk "tindakan/perilaku/perbuatan". Atas dasar kaidah tersebut, maka sistem "Pendidikan Bisnis" yang sedang dikembangkan oleh "M. A. Dani & Assosiates" adalah berupa Pertemuan Mingguan selama 2 jam untuk MEMBICARAKAN topik-topik yang berhubungan dengan "akal-sehat/pikiran-jernih" dengan peserta "pendidikan" dalam rangka untuk menanamkan "pola-pikir" yang akan merubah "tindakan/perilaku/perbuatan".

Hasil yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi adalah "tindakan/perilaku/perbuatan" yang SELALU MENGARAH KE TUJUAN (OBJEKTIF)". Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakannya lebih lanjut.
Wassalam,
"M. A. Dani & Associates"
Jasa Konsultansi dan Pendidikan/Pelatihan Manajemen Bisnis
BERBUAT NYATA dalam rangka "PERBAIKAN NASIB BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BISNIS"
Jl. Kampung Melayu Kecil 5, No.3/RT.14/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan 12840
Telpon (021) 8303541