Kamis, 20 Desember 2007

What to do

Dari beberapa pertemuan di kelas dalam rangka menyelenggarakan “Pendidikan Bisnis”, kami menemukan dan dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya peserta mengalami KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”. Bahkan ada yang hampir TIDAK DAPAT MEMISAHKANNYA sama sekali diantara keduanya, apalagi MEMBEDAKANNYA. Pada hal KAIDAHNYA adalah bahwa “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” ditentukan berdasarkan “TUJUAN (OBJECTIVE)”, sedangkan “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)” ditentukan berdasarkan SITUASI dan KONDISI pada saat AKAN MENGERJAKANNYA.

1
Jadi sebetulnya begitu MUDAH membedakan diantara keduanya, AKAN TETAPI memang menjadi begitu SULIT bila TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN apalagi MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) yang akan digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu (“Objective is something toward which effort is directed”). Kesulitan tersebut dapat DIMAKLUMI bila mengingat bahwa dalam Sistem Pendidikan Umum/Diknas
seolah-olah TABU untuk MEMIKIRKAN apalagi MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) itu. Selama SEKOLAH pemikiran HARUS DIPUSATKAN kepada KEGUNAAN dari segala “Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan” yang DIAJARKAN, dengan KEYAKINAN bahwa SEMUA yang DIPELAJARI itu akan DIPERLUKAN dalam menjalani kehidupan ini SETELAH TAMAT SEKOLAH NANTI. Pada hal suatu KEGUNAAN akan sangat tergantung dari ruang (tempat/lokasi), waktu dan pelaku tertentu (SUBJECTIVE).

Namun kenyataannya adalah TIDAK MUDAH untuk MULAI MEMIKIRKAN dan MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE), setelah TIDAK PERNAH MEMIKIRKANNYA selama sekian tahun bahkan belasan tahun mengikuti Sistem Pendidikan Umum/Diknas.
Oleh karena setelah TAMAT SEKOLAH ternyata MASIH BELUM MEMIKIRKAN dan MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) yang dapat digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu, maka “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dalam menjalani kehidupan ini HANYA DAPAT DITENTUKAN berdasarkan KEGUNAAN dari PERBUATAN yang bersangkutan YANG
AKAN DILAKUKAN. Selanjutnya PEMIKIRAN akan selalu TERFOKUS kepada “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, sehingga cenderung akan menjadi seorang yang mempunyai keahlian/keterampilan di bidang tertentu yang disebut PEKERJA/PROFESIONAL.

2
Dengan demikian, baik “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” maupun “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, cenderung akan ditentukan menurut “SUKA-SUKA HATI”. Celakanya lagi, oleh karena SANGAT TERFOKUS kepada “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, maka seolah-olah TIDAK ADA PERBUATAN LAIN lagi yang perlu dilakukan SELAIN dari yang telah ditentukan sebagai “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” itu, sehingga PERBUATAN LAIN yang LEBIH MEMBERIKAN “HASIL YANG DIHARAPKAN ATAU YANG SEHARUSNYA TERJADI” bisa seolah-olah TERLUPAKAN. TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI bahwa roda perekonomian negara ini tidak mungkin akan berputar TANPA PEKERJA/PROFESIONAL. Akan tetapi juga TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI bahwa roda perekonomian negara ini tidak mungkin akan berputar TANPA PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) yang akan MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA untuk para PEKERJA/PROFESIONAL itu. Oleh karena itu setiap orang harus BEBAS untuk memilih akan menjadi PEKERJA/PROFESIONAL atau menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER).

Namun HARUS DIMENGERTI bahwa bagaimanapun juga JANGAN SAMPAI SEMUA ORANG MENJADI PEKERJA/PROFESIONAL demi untuk PERBAIKAN “NASIB BANGSA” ini. Bagi seseorang yang telah memilih menjadi PEKERJA/PROFESIONAL, memang akan menganggap bahwa KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)” pada kenyataannya TIDAK MENGHALANGI perjalanan hidup yang akan ditempuhnya sebagai PEKERJA/PROFESIONAL, oleh karena:

  1. Sebagai PEKERJA/PROFESIONAL hanya menunggu DISURUH/DIMINTA MENGERJAKAN/BERBUAT sesuatu oleh PEMBERI KERJA sesuai dengan keahlian/keterampilan yang dimilikinya, sehingga “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” serta TUJUAN (OBJECTIVE) dari MENGERJAKAN pekerjaan yang bersangkutan adalah urusan PEMBERI KERJA.
  2. Sebagai PEKERJA/PROFESIONAL cenderung hanya memikirkan tentang “CARA MENGERJAKAN (HOW TO DO)” dari PEKERJAAN yang disuruh/diminta oleh PEMBERI KERJA dengan sebaik-baiknya, sehingga MERASA TIDAK PERLU MEMIKIRKAN PEKERJAAN/PERBUATAN LAIN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan “CARA MENGERJAKAN (HOW TO DO)” dari PEKERJAAN yang disuruh/diminta oleh PEMBERI KERJA.
Akan tetapi bagi seseorang yang telah memilih menjadi PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), maka yang bersangkutan HARUS telah benar-benar dapat MEMAHAMI PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA CARA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, oleh karena:
  1. PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) BUKANLAH PEKERJA, akan tetapi seseorang yang membangun/menyusun suatu "SISTEM BISNIS" berdasarkan POTENSI EKONOMI yang ada disekitarnya, sehingga "SISTEM BISNIS" itulah yang akan BEKERJA untuknya.
  2. "POTENSI EKONOMI'” adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai OBJEK USAHA untuk menghasilkan suatu "PRODUK" berupa barang atau jasa yang dapat memudahkan atau meningkatkan taraf hidup pemakainya.
  3. Setiap "SISTEM BISNIS" merupakan RANGKAIAN KEGIATAN (WHAT TO DO) MENJALANKAN USAHA (BISNIS), sehingga dengan menyusun "SISTEM BISNIS" berarti adalah menciptakan lapangan kerja untuk para TENAGA PROFESIONAL.
  4. "SISTEM BISNIS" disusun dalam bentuk “FUNGSI-FUNGSI BISNIS” yang mengarah ke "PROSES BISNIS YANG TERPADU DAN BERJALAN DENGAN LANCAR” sebagai TUJUAN (OBJECTIVE) yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan KEGIATAN (WHAT TO DO) yang perlu dilakukan untuk MENJALANKAN USAHA (BISNIS)
  5. 5) "SISTEM BISNIS" kemudian diserahkan kepada EKSEKUTIF (TENAGA PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN) untuk menjalankannya dengan dibantu oleh TENAGA PROFESIONAL lainnya yang diperlukan, serta yang kemudian akan menentukan CARA MELAKSANAKANNYA (HOW TO DO).
3
Semua orang berharap bahwa JUMLAH PEKERJA/PROFESIONAL hendaknya SEIMBANG DENGAN JUMLAH PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), agar tidak terjadi KELEBIHAN TENAGA KERJA atau PENGANGGURAN di pihak PEKERJA/PROFESIONAL atau KEKURANGAN TENAGA KERJA di pihak PENGUSAHA (BUSINESS OWNER). Namun pada kenyataannya JUMLAH PEKERJA/PROFESIONAL setiap tahun BERTAMBAH RATUSAN
RIBU ORANG yang dihasilkan dari Sistem Pendidikan Umum/Diknas, sedangkan saementara itu JUMLAH PENGUSAHA (BUSINESS OWNER) hampir dapat dikatakan TIDAK BERTAMBAH, sehingga JUMLAHNYA setiap tahun MAKIN TIDAK SEIMBANG.

Ketahuilah bahwa Pemerintah tidak mungkin diharapkan dapat memahami dan kemudian akan mampu untuk mengatasi KETIDAK-SEIMBANGAN tersebut, oleh karena para PEJABAT PEMERINTAH adalah juga PEKERJA/PROFESIONAL, yaitu PEKERJA/PROFESIONAL di bidang Pemerintahan, sehingga:

  1. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang menganggap bahwa KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)” juga TIDAK AKAN MENGHALANGI jalannya RODA PEMERINTAHAN.
  2. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang TIDAK DAPAT MENERIMA kalau dikatakan bahwa upaya untuk mengurangi KETIDAK-SEIMBANGAN tersebut TIDAK DIDUKUNG oleh Sistem Pendidikan Umum/Diknas.
  3. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang TIDAK MAU MENGERTI tentang TUJUAN (OBJECTIVE) dan bahwa SEHARUSNYA MENETAPKAN TUJUAN (OBJECTIVE) yang akan digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu (“something toward which effort is directed”) di bidang Pemerintahan.
  4. Dapat dimaklumi kalau ADA PEJABAT PEMERINTAH yang walaupun dapat menjawab bahwa TUJUAN (OBJECTIVE) dari SETIAP akan MENGERJAKAN atau BERBUAT sesuatu di bidang Pemerintahan adalah “MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR”, namun pada umumnya selalu menjadikan KEGUNAAN dari SETIAP PERBUATAN yang akan dilakukan di bidang Pemerintahan sebagai PEDOMAN, terutama KEGUNAAN untuk kepentingan diri sendiri dan/atau golongan dari Pejabat yang bersangkutan, ketimbang TUJUAN (OBJECTIVE) “MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR” itu.
Ketahuilah bahwa MASALAH yang SEBENARNYA yang telah menyebabkan timbulnya KESULITAN dalam memahami PERBEDAAN antara “APA YANG HARUS DIKERJAKAN (WHAT TO DO)” dengan “BAGAIMANA MENGERJAKANNYA (HOW TO DO)”, sehingga terjadi KETIDAK-SEIMBANGAN antara JUMLAH PEKERJA/PROFESIONAL dengan JUMLAH PENGUSAHA (BUSINESS OWNER), tidak lain adalah SIKAP TIDAK MAU MENGERTI tentang TUJUAN (OBJECTIVE) serta PERLUNYA MENETAPKAN
TUJUAN (OBJECTIVE) yang akan digunakan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau MELAKUKAN suatu UPAYA atau PERBUATAN (“Objective is something toward which effort is directed”).

MASALAH ini merupakan KENDALA yang SANGAT MENDASAR yang HARUS SEGERA DIATASI dalam rangka melakukan upaya “PERBAIKAN NASIB BANGSA” ini, sedangkan upaya untuk mengatasinya HARUS dengan SISTEM PENDIDIKAN YANG LAIN yang berbeda sama sekali dengan Sistem Pendidikan Umum/Diknas, yang dinamakan “PENDIDIKAN BISNIS”. “M. A. Dani & Associates” berkompeten dengan MASALAH INI dan oleh karenanya BERTEKAD untuk berdedikasi dalam “PENDIDIKAN BISNIS” tersebut berdasarkan panggilan hati-nurani yang mengatakan bahwa MEMBIARKAN MASALAH INI dengan TIDAK MENYELENGGARAKAN “PENDIDIKAN BISNIS” sebagai upaya untuk mengatasinya, sama saja artinya dengan TIDAK PEDULI akan NASIB
ANAK/CUCU/KETURUNAN atau GENERASI YANG AKAN DATANG.
Padanan kata “BISNIS” adalah ‘URUSAN”, sehingga “PENDIDIKAN BISNIS” dapat diartikan
“PENDIDIKAN UNTUK MENGURUS SEGALA SESUATU”, mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga, mengurus usaha/perusahaan, sampai mengurus bangsa dan negara.

4
"PENDIDIKAN BISNIS" pada hakekatnya adalah "PENDIDIKAN" tentang "AKAL-SEHAT/PIKIRANJERNIH" yang akan membentuk "POLA-PIKIR" dan yang selanjutnya akan menentukan "SIKAP/TINDAKAN/ PERILAKU/PERBUATAN".
Sedangkan "AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH" adalah AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA yang TIDAK DIPENGARUHI oleh KEINGINAN, akan tetapi yang DITUNJANG oleh KALBU/HATI-NURANI.

"AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH", "POLA-PIKIR" dan "TINDAKAN/ PERILAKU/ PERBUATAN" adalah BUKAN merupakan "ILMU PENGETAHUAN ATAU KETERAMPILAN" seperti yang diajarkan di SEKOLAH (dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dalam Sistem Pendidikan Nasional, termasuk kursus/training/workshop), sehingga "PENDIDIKAN BISNIS" adalah "PENDIDIKAN" dalam "tanda kutip",BUKAN SEKOLAH.

Dasar penyelenggaraan “PENDIDIKAN BISNIS” adalah KAIDAH bahwa “SIKAP/ TINDAKAN/ PERILAKU/PERBUATAN", termasuk PEMBICARAAN seseorang, pada dasarnya adalah merupakan EKSPRESI dari "POLA-PIKIR" orang yang bersangkutan.

Atas dasar kaidah tersebut, maka sistem "PENDIDIKAN BISNIS" yang sedang dikembangkan oleh "M. A. Dani & Assosiates" adalah dengan MEMBICARAKAN topik-topik yang berhubungan dengan "AKAL-SEHAT/PIKIRAN-JERNIH" dengan peserta "pendidikan", dalam rangka untuk menanamkan "POLA-PIKIR" yang selanjutnya akan MERUBAH "SIKAP/ TINDAKAN/ PERILAKU/ PERBUATAN".

Titik berat PEMBICARAAN adalah tentang “KEINGINAN” yang SEHARUSNYA dapat DIKENDALIKAN oleh AKAL/PIKIRAN/NALAR/LOGIKA melalui “PENALARAN”. Antara lain akan dibicarakan bahwa “PENALARAN” adalah “PROSES MENGERTI BAHWA MENGERTI”, sedangkan “KEINGINAN” adalah SEBALIKNYA yaitu “PROSES TIDAK MENGERTI BAHWA TIDAK MENGERTI”.

Untuk itu “PENDIDIKAN BISNIS” diselenggarakan dalam bentuk Pertemuan Mingguan di kelas selama 2 jam. Sedangkan waktu yang selebihnya dalam seminggu HARUS digunakan sendiri oleh peserta diluar kelas untuk MELATIH DIRI dalam rangka merubah POLA-PIKIR, sehingga bila telah berhasil maka selanjutnya PASTI akan menyebabkan perubahan "SIKAP/TINDAKAN/PERILAKU/PERBUATAN".

“Hasil yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi” dari upaya menyelenggarakan “PENDIDIKAN BISNIS” adalah PERUBAHAN SIKAP dari peserta, yaitu perubahan dari SIKAP TIDAK MAU MENGERTI tentang TUJUAN (OBJECTIVE) yang seharusnya dijadikan sebagai PEDOMAN dalam SETIAP akan MENGERJAKAN atau MELAKUKAN suatu UPAYA atau PERBUATAN (“something toward which effort is directed”) menjadi "SIKAP/ TINDAKAN/ PERILAKU/ PERBUATAN" yang SELALU MENGARAH KE TUJUAN (OBJECTIVE)".

Indikasi perubahan tersebut akan dapat diketahui dari PEMBICARAAN dalam pertemuan dalam minggu berikutnya lagi dengan peserta. Bagi Anda yang tertarik untuk IKUT BERPARTISIPASI, baik sebagai PESERTA maupun sebagai PENYELENGGARA, silahkan menghubungi kami, atau sebaiknya datang ke alamat kami, untuk membicarakan
kemungkinannya.
***

Tidak ada komentar: